Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Permintaan Tenaga Kerja Tak Seimbang, Menaker Hanif Dhakiri Sebut Dunia Kerja RI Pasif

Antara , Jurnalis-Selasa, 12 September 2017 |15:19 WIB
Permintaan Tenaga Kerja Tak Seimbang, Menaker Hanif Dhakiri Sebut Dunia Kerja RI Pasif
Foto: Okezone
A
A
A

BOGOR - Menteri Tenaga Kerja RI Muhammad Hanif Dhakiri memaparkan tantangan yang dihadapi dunia kerja Indonesia yang masih menjadi pekerjaan rumah untuk diselesaikan bersama-sama dengan perguruan tinggi, pemerintah dan juga pemangku kepentingan lainnya.

"Harus kita akui kondisi nyata yang dihadapi pasar kerja kita adalah sifatnya yang pasif. Pasif artinya, murni dikendalikan oleh pasar, jadi minim intervensi dari pemerintah," kata Hanif saat menjadi pembicara kunci dalam "Indonesia Career Center Summit" 2017 di IPB International Convention Center, Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa (12/9/2017).

Dia mengatakan, pasifnya pasar kerja Indonesia di satu sisi menjadi persoalan, salah satunya terjadi ketidakseimbangan permintaan tenaga kerja, dengan penyediaan lapangan kerja. Menurutnya untuk mengoptimalkan daya saing tenaga kerja Indonesia, antara hulu dan hilir harus nyambung.

Baca juga: Kemenaker: UU PPRT Lindungi Pekerja Rumah Tangga

"Tapi menyambungkan hulu dan hilir ini yang menjadi tantangan besar bagi Indonesia," katanya.

Hanif mengatakan perlu ada perubahan paradigma cara memandang persoalan ketenagakerjaan di Indonesia. Karena selama ini cara pandang bangsa Indonesia melihat ketenagakerjaan salah besar, karena meletakkan ketenagakerajaan di pinggiran.

"Kita meletakkan ketenagakerajaan selalu perspektif sebagai residu dari kebijakan-kebijakan yang lain, bukan sebagai pusatnya," katanya.

Baca juga: Waduh! 60,39% Tenaga Kerja Indonesia Cuma Lulusan SD-SMP

Menurutnya perspektif ini yang menyebabkan cara pandang bangsa Indonesia tidak melihat indikator ketenagakerjaan masuk sebagai sebuah indikator ekonomi makro.

Di Indonesia, lanjutnya, yang menjadi indikator makronya adalah inflasi, pertumbuhan ekonomi, minya dan gas. Berbeda perlakuan ketika sektor ketenagakerjaan menjadi indikator makro. Sebagai contoh jika pertumbuhan ekonomi ditargetkan 5,4% segala sumber daya, dikerahkan untuk mencapai target tersebut.

Seperti di Inggris, apabila ketika ketenagakerjaannya mengalami gejolak, maka nilai mata uangnya menjadi goyah. Berbeda dengan Indonesia, jika pengangguran tinggi atau turun rupiah tetap adem ayem.

Baca juga: Persaingan Sengit, Daya Saing SDM Indonesia Harus Terus Dimodifikasi!

"Inilah salah satu tantangan ketenagakerjaan Indonesia, sehingga isu ini menggunakan bahsa tidak penting, jadi residual. Sehingga soal tenaga kerja hanya dilihat sebagai resiko saja," katanya.

Hanif mengatakan ketenagakerjaan harus dilihat sebagai bagian dari pengembangan ekonomi, bagian dari pembangunan keseluruhan. Seperti yang diterapkan oleh negara-negara maju.

"Negara maju sudah menjadikan ketenagakerjaan sebagai isu kunci," kata Hanif.

Menteri Hanif menjadi pembicara kunci dalam acara Indonesia Career Center Summit 2017 yang dihadiri sekitar 230 pengelola pusat karir perguruan tinggi, pemerhati karir/SDM dan pengelola kewirausahaan di seluruh Indonesia.

(Rizkie Fauzian)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement