JAKARTA - Pemerintah Vietnam mengaku tertarik terhadap produk-produk pertahanan buatan Indonesia. Bahkan Vietnam mempertimbangkan untuk mengimpornya dari Indonesia.
Hal itu diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto seusai menerima kunjungan Menteri Pertahanan Vietnam Ngo Xuan Lch di Jakarta. Wiranto menyampaikan, Indonesia dan Vietnam sudah menjalin kerja sama di bidang pertahanan sejak 2010 yang memungkinkan adanya pertukaran produkproduk pertahanan, termasuk alat utama sistem senjata (alutsista).
Baca Juga: Bukan Cuma Senjata, Kini Pindad Juga Produksi Alat Pertanian
โTelah disampaikan bahwa ada keinginan Vietnam untuk terus meningkatkan hubungan pertahanan bersama, terutama mengenai industri pertahanan. Mereka juga berkeinginan melihat produksi Indonesia apa yang bisa dipakai oleh Vietnam. Mereka akan melakukan peninjauan dan akan membicarakan. Saya mendorong supaya ada paling tidak produk-produk antarnegara yang bisa kita kombinasikan, kita pertukarkan,โ tandas Wiranto. Pertemuan menteri kedua negara ini merupakan tindak lanjut dari penandatanganan nota kesepahaman kedua negara pada Agustus lalu.
Presiden Joko Widodo sebelumnya membahas tiga topik utama dalam pertemuan dengan Sekretaris Jenderal Partai Komunis Vietnam Nguyen Phu Trong di Istana Presiden, Jakarta, pada 23 Agustus 2017. Tiga topik utama itu, yaitu peningkatan kerja sama di bidang maritim dan perikanan, bidang perdagangan dan investasi, serta isu-isu kawasan. Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu mengatakan, kunjungan Vietnam juga dalam rangka meningkatkan hubungan kerja sama di bidang pertahanan bagi kedua negara serta kunjungan balasan setelah Menhan RI ke Vietnam pada Agustus 2016.
Baca Juga:ย Wow, Pindad Pamerkan Panser Anti-Air Seharga Rp15 Miliar di JCC
โHal ini menunjukkan bahwa kita (Indonesia-Vietnam) sahabat dekat dan Vietnam merupakan mitra strategis,โ kata Ryamizard. Menhan mengatakan, perkembangan geopolitik internasional berlangsung sangat cepat dan kompleks. Hal ini menghadirkan tantangan dan ancaman yang nyata bagi pertahanan negara. Adapun ancaman tersebut, di antaranya masuk serta berkembangnya kelompok teroris dan radikal ke dalam negara, aksi separatis, dan pemberontakan bersenjata, serta perang cyber.
Menurut Ryamizard, tidak ada satu pun negara yang dapat menghadapi ancaman secara mandiri. Sebab, setiap negara memiliki keterbatasan dan kompleksitas persoalan. Karena itu, hubungan baik dan kerja sama perlu ditingkatkan.
Follow Berita Okezone di Google News
(kmj)