JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mencatat hingga kuartal III 2017 laba bersih konsolidasi sebesar Rp20,5 triliun atau tumbuh 8,2% secara year on year (yoy). Kenaikan laba bersih ditopang oleh pertumbuhan pendapatan bunga atau net interest income.
"Kalau kita lihat pertumbuhan pendapatan bunga itu 11%, asalnya dari situ," ujar Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo di Gedung Sentra BRI, Jakarta, Kamis (26/10/2017).
Haru melanjutkan, pertumbuhan laba juga ditopang oleh fee based income. Tercatat, BRI mampu meraup dana murah sebesar Rp7,4 Triliun atau tumbuh 14,79% dibanding tahun Ialu.
Baca juga: Bawa Kabur Rp6 Miliar, Polisi Bentuk 4 Tim Kejar Pegawai BRI
Meski demikian, laba bersih masih di bawah pertumbuhan net interest income dan fee based lantaran BRI menaikkan cadangan kerugian atau NPL coverage menjadi 198,2% dari sebelumnya sebesar 156,9% di akhir kuartal III 2016.
Sementara itu, NPL gross BRI tercatat sebesar 2,33% atau di bawah rata-rata NPL industri bulan Agustus 2017 sebesar 3%. Penghimpunan DPK Bank BRI juga mengalami pertumbuhan double digit secara yoy. Tercatat hingga akhir September 2017 DPK BRI tumbuh 10,9% menjadi Rp770,6 Triliun.
Baca juga: Duit BRI Dibawa Kabur Pegawai Rp6 Miliar, Duh Nasib Dana Nasabah Bagaimana?
CASA masih mendominasi DPK BRI dengan komposisi sebesar 55,4%. Perseroan saat ini fokus untuk menghimpun dana murah dibandingkan dengan deposito dengan tujuan agar biaya dana semakin rendah.
Saat ini biaya dana BRI tercatat 3,47% atau turun dibandingkan dengan biaya dana periode yang sama tahun lalu sebesar 3,89%. Harapannya, dengan biaya dana yang rendah maka BRI semakin leluasa untuk memberikan suku bunga pinjaman yang kompetitif kepada masyarakat.
“Strategi penguatan CASA BRI ini sejalan dengan arah kebijakan perseroan dan transaction banking menjadi salah satu alat untuk meraup CASA,” ujar Haru.
(Rizkie Fauzian)