Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Bos Perbankan Tanggapi Arah Kebijakan Giro Wajib Minimum BI

Ulfa Arieza , Jurnalis-Rabu, 29 November 2017 |12:03 WIB
Bos Perbankan Tanggapi Arah Kebijakan Giro Wajib Minimum BI
Foto: Okezone
A
A
A

JAKARTA - Bank Indonesia telah memaparkan arah kebijakan serta strategi implementasi kebijakan BI 2018 yang mencakup kebijakan moneter, asesmen stabilitasi sistem keuangan, arah kebijakan makroprudensial, serta arah kebijakan sistem pembayaran.

Bank sentral juga telah memaparkan prospek ekonomi 2018 dan jangka menengah 2022. Arah kebijakan BI disambut positif oleh pimpinan pucuk perbankan nasional.

Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo menyambut baik arah kebijakan moneter BI yang memperkuat implementasi Giro Wajib Minimum (GWM) Rupiah rata - rata atau GWM Averaging. Penyempurnaan GWM averaging akan diperluas hingga mencakup GWM Rupiah dan valuta asing (valas) baik bank konvesional dan bank syariah.

Tiko menilai, upaya BI ini membantu bank meningkatkan efisiensi pengelolaan likuditas harian.

Baca juga: Dorong Pertumbuhan Ekonomi, Sri Mulyani Minta BI Jaga Sektor Keuangan

"Intinya supaya bank mempunyai kapabilitas dan buffer dalam jangka pendek, kalau ada kebutuhan likuiditas selalu ada instrumen likuid yang selalu bisa dicairkan," ujarnya dalam acara Pertemuan Tahunan BI, Selasa (28/11/2017) malam.

Dia juga menilai kebijakan moneter yang disusun oleh BI sudah cukup memberikan kelonggaran kepada perbankan.

"Moneternya sudah cukup longgar sekarang bagaimana sektor riilnya di dorong supaya demand kreditnya cukup bagus," ujar Tiko.

Sementara itu, Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta, menilai bahwa penyempurnaan GWM Averaging memberikan peluang penurunan Cosf of Fund, lantaran penyempurnaan GWM averaging yang juga akan diberlakukan untuk valas serta bank syariah mampu meningkatkan efisiensi bank.

"Cost of fund pasti bisa turun kalau makin tinggi efisiensi. Kalau kemarin kan masih fluktuatif, capex kita kan kebanyakan masih untuk pencadangan. Kalau lihat sendiri kan tren kita mulai longgar efisiensi mulai tinggi nanti dibantu lagi dengan adanya teknologi itu terjadi efisiensi juga, sehingga likuiditas akan bertambah kalau averaging dan pemenuhan enggak perlu seperti sekarang," jelas Herry.

Senada dengan Tiko dan Herry, Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja menyambut baik penguatan GWM Averaging. Meskipun Jahja tidak menyebutkan kemungkinan penurunan cost of fund dengan kebijakan tersebut.

Baca juga: Tantangan 2018 Versi BI, Mulai dari Impor Jasa hingga Teknologi Digital

"Kalau cost of fund (turun) mungkin enggak juga,tapi enggak kaget tiba-tiba pinjem dana besar, terus terusan minjem dana, padahal besoknya ada dana besar masuk. Jadi kalau averaging pada saat diperlukan pinjem untuk memenuhi averaging itu lebih bagus," kata dia.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia,Agus D.W Martowardojo menjelaskan arah kebijakan bank sentral didasarkan pada tiga prinsip dasar kebijakan. BI akan memegang prinsip berorientasi masa depan, berkesinambungan, serta berimbang sebagai prinsip dasar kebijakan.

"Prinsip berimbang ada 3 dimensi, meliputi keseimbangan kebijakan jangka panjang dan pendek, kuantitas dan kualitas pertumbuhan, pengembangan sektor konvensional dan modern," ujarnya di Jakarta Convention Center, Selasa (28/11/2017).

BI juga menyusun strategi implementasi kebijakan tahun 2018. Strategi itu, akan fokus pada tiga elemen utama.

" Tiga elemen itu meliputi, penguatan modal fisik, penguatan modal manusia, serta peningkatan produktivitas," kata dia.

(Rizkie Fauzian)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement