Lalu pada 2016, enam perusahaan dari Indonesia mendapatkan izin ekspor langsung, sedangkan Malaysia sudah 16 perusahaan.
"Tapi pada saat itu, satu perusahaan Indonesia skalanya besar. Satu perusahaan bisa mempekerjakan 300 orang," ungkap Jerry.
Pada tahun 2017, Indonesia memimpin ekspor sarang burung walet setelah China mengeluarkan larangan ekspor selama enam bulan untuk Malaysia karena produknya terkontaminasi virus flu burung.
"Tahun ini momentum bagi kita dengan membukukan nilai ekspor 60 juta dolar AS, sedangkan Malaysia hanya 20 juta dolar AS," ujarnya.
Sarang burung yang diekspor ke China berasal dari rumah-rumah burung walet yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi yang proses produksinya dilakukan di Jawa Tengah.
Sejak era Dinasti Qing berkuasa, masyarakat China sudah mengonsumsi sarang burung walet untuk menjaga kesehatan tubuh. Kini sarang burung walet menjadi menu favorit di restoran-restoran China.