JAKARTA - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyakini, secara histori tahun politik tidak mempengaruhi industri pasar modal. Namun pihak BEI tidak mau gegabah mematok target pertumbuhan emiten sama dengan tahun lalu sebanyak 35 perusahaan dengan mempertimbangan tahun politik di 2018.
Direktur Penilaian Bursa Efek Indonesia, Samsul Hidayat, menyatakan, ada beberapa hal yang melatarbelakanginya. Salah satunya karena menjelang tahun politik. "Karena kami merasakan bahwa 2018 ini ada beberapa kendala dari persiapan tahun politik 2019,”ujarnya di Jakarta, kemarin.
Sebenarnya, bursa masih yakin dan mengasumsikan target IPO 2018 bisa lebih besar. Namun, BEI mendiskon lagi karena ada event besar pada 2018 dan 2019. "Jadi tanpa itu (event politik) semua sebenarnya kami bisa menargetkan tinggi. Tapi karena ada itu, jadi ada sesuatu yang mempengaruhi kegiatan bisnis 2018," imbuhnya.
Selain perusahaan swasta, ada pula anak perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berniat melakukan IPO. Anak BUMN ini, diprediksi memiliki nilai kapitalisasi pasar yang lumayan besar. Disebutkan, beberapa anak perusahaan BUMN yang tertarik untuk melantai di BEI di antaranya PT PP Urban, PT PP Energi, PT PP Infrastruktur, PT Wika Realty, PT Tugu Pratama Indonesia, PT Pelabuhan Tanjung Priok dan PT Indonesia Kendaraan Terminal.
Kemudian pihak BEI juga mencatat mencatat nilai initial public offering (IPO) pada tahun 2017 ini mencapai Rp8,8 triliun. Angka itu mengalami penyusutan jika dibandingkan dengan nilai IPO pada 2016 yang sebesar Rp12 triliun. Padahal jika dilihat, jumlah perusahaan yang melakukan IPO lebih banyak dari pada tahun 2016 lalu. Dimana tahun lalu, perusahaan yang IPO sebanyak 16 perusaaan dan sedangkan di tahun ini, jumlahnya 35 perusahaan.