JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan lokasi pengembangan Blok Masela ditetapkan di Maluku Tenggara Barat. Selain itu, kapasitas kilang untuk Lapangan Gas Abadi ini juga sudah diputuskan.
"Untuk kapaistasnya pre-FEED 9,5 mtpa LNG plus 150 mmscfd untuk gas pipa,"ungkap Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi, di Wisma Mulia, Jakarta, Jumat (5/1/2017).
Baca juga: Dibangun di Maluku Tenggara Barat, Blok Masela Terkendala "Manisnya" Perkebunan Gula
Sebelumnya rencana pengembangan Blok Masela kembali diundur. Lantaran, antara pemerintah dan Inpex Corporation selaku pengembang masih belum menetapkan berapa kapsitas yang akan ditingkatkan.
Pemerintah sebenarnya sudah memberikan 7,5 mtpa plus 474 atau di bawah yang diajukan Inpex sebesar 9,5 mtpa plus 150 mmscfd.
Baca juga: Ke Jepang, Menteri Jonan Bahas Perkembangan Blok Masela
Amien mengatakan, Inpex sekarang sudah diperintahkan dan sedang menjalankan kajian prapendefisian proyek ayau pre front end engineering design (pre-FEED). Diharapkan pertengahan tahun ini pre-FEED selesai dan kemudian hasil pre-FEED akan diselesaikan untuk menjadi Plan of Development (P0D).
"Kemungkinan 2027 (onstream). Karena POD selesai terus Inpex fokus ke FID (Final Invesment Decision) setelah itu produksi," ujarnya.
Baca juga: Disebut Surga yang Terlupakan, Bupati Maluku Barat Daya: Blok Masela Milik Kami!
Sebelumnya, Proyek pengembangan Blok Abadi, Masela akhirnya diputuskan dibangun di darat (onshore) yakni di Maluku Tenggara Barat. Meski demikian ternyata lokasi onshore Blok Masela masih terkendala.
Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi mengatakan, saat ini Inpex tengah melakukan kajian prapendefisian proyek ayau pre front end engineering design (pre-FEED). Diharapkan pertengahan tahun ini pre-FEED selesai dan kemudian hasil pre-FEED akan diselesaikan untuk menjadi Plan of Development (PD).
"Tentu diharapkan akhir tahun ini POD Masela selesai," ujarnya.
Meski ada satu tahap pengembangan Blok Masela yang baik. Lokasi di Maluku Tenggara Barat yang ternyata ada perkebunan tebu baru menjadi tambahan kesulitan.
"Ini kan produk Jakarta selalu seperti itu jadi kalau bisa semakin cepat akan minimal. Tapi karena mundur, orang Jakarta menimbulkan kesulitan baru. Mungkin bukan kesulitan ada kerja baru," ujarnya.
(Fakhri Rezy)