JAKARTA - Pemerintah terus gencar mencanangkan program cashless atau pengunaan uang nontunai. Hal ini terlihat dengan dilakukan elektrofikasi pembayaran gerbang tol, kemudian batuan pangan non tunai (BPNT), maupun dengan adanya peluncuran Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) yang salah satunya dapat mendorong penggunaan uang nontunai.
Kendati demikian hal ini ternyata tak sejalan dengan jumlah peredaran uang yang terus meningkat. Secara year on year/yoy peredaran uang tumbuh 13,4%.
Bank Indonesia mencatatkan sepanjang tahun 2017 peredaran uang mencapai Rp694,8 triliun. Angka ini meningkat dari bulan sebelumnya sebesar Rp635,2 triliun.
Dengan demikian terdapat peningkatan jumlah uang beredar baik di masyarakat maupun perbankan sebesar Rp59,6 triliun dalam kurun waktu satu bulan.
"Kita tahu kemajuan pembayaran nontunai pesat namun data menunjukan kebutuhan untuk memenuhi tunai tidak berkurang," ujar Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia Suhaedi di Kantor BI, Jakarta, Jumat (5/1/2018).
Baca juga: Naik 27,8%, Uang Tak Layak Edar Rp11,22 Triliun Dimusnahkan
Dia menyebutkan sepanjang tahun 2017 sebanyak 11 miliar lembar uang dicetak oleh BI. Sedangkan untuk uang logam sebanyak 2 miliar keping. Semua itu, untuk memenui seluruh permintaan masyarakat guna bertransaksi menggunakan uang tunai.
"Di tengah kita juga berhasil mendorong penggunaan kartu di sarana transportasi, tapi kenyataan kebutuhan uang tunai ini masih ada peningkatan. Karena semakin tinggi size ekonomi, semakin butuh transaksi uang yang semakin besar," tukasnya.
Selain itu, Suhaedi menyebutkan dari sisi pemenuhan kebutuhan uang untuk perbankan pada 2017 di seluruh kantor BI, tercatat outflow (arus kas keluar) lebih dari 684,9 triliun atau naik 12.2% dari tahun sebelumnya.
Baca juga: Tumbuh 10,9%, Uang Beredar Capai Rp5.252,8 Triliun di September
Sedangkan untuk inflow (arus kas masuk) sebesar Rp603.6 triliun atau meningkat 3,3% dari tahun sebelumnya. Sedangkan untuk distribusi uang dari pusat pencetakan ke seluruh wilayah NKRI melewati kantor perwakilan maupuan kantor kas BI di seluruh provinsi mengalami kenaikan sebesar 23.6%.
"Distribusi menjadi Rp311.1 triliun dibanding tahun 2016 sebesar Rp251,6 triliun," sebut dia.
Dia pun memastikan uang yang beredar yang dikeluarkan oleh BI merupakan uang laik beredar.
"Uang yang keluar laik edar, bukan yang lusuk. Maka kita pastikan kas di kantor bank, pegadaian dan kantor pos uang laik edar. Itu dilakukan oleh pewakilan BI dan kita monitoring. Uang yang lusuk diharapkan disetorkan ke BI untuk diganti dengan uang laik edar," jelasnya.
Untuk menjamin kualitas laik edar, kata dia, BI secara rutin melakukan survei. Dimana pada akhir 2017, kualitas uang pecahan besar di seluruh kota ukuran kelaikan berada di level 12 dari nilai tertinggi 16 atau artinya laik edar atau soil level. Kemudian uang pecahan kecil mengalami perbaikan dari 8 menjadi level 9 atau di atas nilai laik.
(Dani Jumadil Akhir)