Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Bisnis Digital Dituntut Bantu UKM Pasarkan Produk

Koran SINDO , Jurnalis-Minggu, 07 Januari 2018 |16:47 WIB
Bisnis Digital Dituntut Bantu UKM Pasarkan Produk
Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
A
A
A

Ketua Bidang Ekonomi dan Bisnis Asosiasi E-Commerce Indonesia atau Indonesian E-Commerce Association (idEA) Ignatius Untung berpendapat, bisnis digital masih akan tumbuh seiring dengan terus meluasnya penetrasi internet dan juga pengguna smartphone.

Di samping itu, ke depan masyarakat akan semakin terbiasa melakukan segala hal secara online karena terus diedukasi dan digempur oleh berbagai aplikasi digital untuk berbagai kebutuhan. Hal tersebut yang semakin membentuk kebiasaan masyarakat Indonesia kedepan terbiasa dengan dunia digital.

“Semua industri terutama bisnis consumer product harus segera mengadopsi digital jika tidak ingin tertinggal dalam persaingan,” ucapnya.

Untung menjelaskan, seluruh aspek kehidupan masyarakat memang telah masuk dalam dunia digital dan para pelaku usaha memang harus segera sadar tentang hal ini. Industri properti menurutnya juga harus segera masuk dalam jangkauan online. Untung yang juga Country General Manager Rumah123 memaparkan, selama ini share investasi marketing real estate business ke online baru sekitar 6%, sedangkan sisanya masih masuk ke media tradisional.

“Artinya masih banyak sekali yang bergantung pada media tradisional dan terlambat mengadopsi online,” tandasnya.

Di sisi lain, kaum milenial sebagai konsumen terbesar di Indonesia saat ini, merupakan generasi yang paling produktif mencari produk properti. Untuk itu, sudah menjadi keharusan bagi penjual properti baik property agent maupun developer untuk masuk ke digital. Untung melihat marketplace property bisa sebagai sarana terbaik bagi para pelaku bisnis properti untuk masuk ranah digital.

“Singapura dan Malaysia yang tidak berbeda jauh dari Indonesia penjualan properti melalui media online sudah mencapai double digit. Bahkan Australia sudah mencapai 60% yang artinya marketplace property sangat mendominasi,” sebut Untung.

Salah seorang pelaku usaha e-commerce di bidang kuliner, Andy Fajar Handik yang mendirikan situs belanja makanan Kulina, mengakui bahwa usaha berbasis online yang dioperasikannya untuk menangkap peluang para pekerja di Jakarta yang membutuhkan makan siang tanpa harus pergi keluar kantor.

Menurut dia, prospek bisnis makanan secara digital tidak ada bedanya dengan bisnis makanan di dunia nyata. Semua makanan yang disajikan sama. Yang membedakan hanyalah cara untuk mendapatkannya karena semakin mudah dan murah sehingga akan lebih dipilih pelanggan.

Pakar Digital Marketing Doddy Eka Putra mengungkapkan, saat ini bisnis apapun tidak bisa lagi dipisahkan dengan dunia digital. Pasar dari bisnis ialah masyarakat, dan saat ini banyak masyarakat yang berjejaring di media digital seperti media sosial. Hal ini yang harus disadari oleh para pelaku bisnis terutama Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk memiliki kemampuan mendatangkan pelanggan.

”Kita melihat masalah yang terjadi saat ini masih banyak para pebisnis yang memanfaatkan media sosial seperti Facebook dengan cara yang salah. Contohnya masih posting jualan di Facebook pribadi, padahal Facebook telah menyediakan brandpagesebagai sarana untuk membuat profil bisnis di Facebook,” ungkapnya.

Ketua Asosiasi Modal Ventura Indonesia untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Jefri R Sirait menambahkan, nilai transaksi di bidang e-commerce pada tahun lalu diperkirakan mencapai lebih dari Rp160 triliun. Angka tersebut meningkat signifikan dibanding 2016 di mana transaksi e-commerce-nya hanya di kisaran Rp70 triliun. (gir)

(Rani Hardjanti)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement