Pada September 2017, kedalaman kemiskinan sedikit meningkat dibandingkan dengan September 2016. hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung menjauhi garis kemiskinan.
Pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengatakan, target penurunan kemiskinan yang single digit bisa saja terealisasi jika melihat performa program-program penanganan kemiskinan pada tahun lalu.”Masalahnya ini hanya untuk jangka yang sangat pendek.
Dalam konteks ekonomi pembangunan, kebijakan ini sifatnya sangat pendek,” ujarnya. Menurut Eko, diperlukan kebijakan lain seperti pemberdayaan masyarakat miskin dan peningkatan keterampilan orang-orang miskin agar tidak hanya bergantung dari dana yang diberikan pemerintah.
”Begitu program tidak dilanjutkan, kemiskinan masih akan berlanjut karena sifatnya tidak pemberdayaan,” katanya.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengatakan, untuk menekan angka kemiskinan, pemerintah harus menghindari terbitnya kebijakan yang memengaruhi daya beli masyarakat menengah ke bawah.
”Pemerintah harus mewaspadai masalah ketimpangan dari sisi konsumsi masyarakat yang melambat. Kalau kita lihat masyarakat menengah kebawah memang daya beli menurun, walaupun kalau dari menengah ke atas itu daya belinya tidak turun, tetapi mereka hanya menahan belanjanya. Jadi secara tidak langsung ada pelebaran ketimpangan,” katanya.
Oktiani Endarwati
(ulf)
(Rani Hardjanti)