CIREBON – Perum Bulog memastikan beras impor yang direncanakan sebanyak 500.000 ton tidak masuk ke daerah penghasil beras atau sentra padi. Tapi ke daerah yang selama ini menggantungkan pasokan beras dari daerah penghasil beras.
“Beras impor direncanakan masuk melalui pelabuhan di kota-kota non-produsen beras, yaitu Bitung, Jakarta, Batam, Medan. Tujuannya supaya tidak mengganggu psikologis petani di daerah produsen,” kata Direktur Utama Perum Bu log Djarot Kusumayakti di sela-sela diskusi bersama Forum Wartawan Bulog (Forwabul) di Cirebon, Jawa Barat.
Baca Juga: Bulog Targetkan Serap 89.000 Ton Beras dari Indramayu pada 2018
Menurut Djarot, beras impor itu nantinya akan dipakai untuk memperkuat Cadangan Beras Pemerintah (CBP). Sedangkan untuk keperluan operasi pasar dan lainnya saat ini tetap mengandalkan stok yang ada.
Bulog juga menegaskan masuknya beras impor tidak akan mempengaruhi penyerapan Bulog terhadap beras petani. Terkait anggaran yang disiapkan, jika mengacu kepada harga beras internasional yang ada, maka diperkirakan dana yang dibutuhkan untuk mengimpor 500.000 ton beras mencapai Rp3,6 triliun. “Kemarin saya cek posisi keuangan, kami ada kelonggaran keuangan untuk komoditi itu masih ada Rp9,8 triliun. Artinya, Insya Allah masih cukup,” ungkapnya.
Baca Juga: Virus Klowor Bikin Target Penyerapan Beras 2017 Tidak Tercapai
Dalam kesempatan itu, Djarot mengungkapkan setelah mendapat penugasan untuk mengimpor beras umum sebanyak 500.000 ton, pihaknya langsung membuka pendaftaran bagi eksportir beras dari lima negara yang berminat mengikuti tender beras.
“Sejak tadi malam sudah saya buka (pendaftaran) di website,” ujarnya.