Share

Arab Saudi Fokus Bangun Kota-Kota Besar, Selamat Tinggal Gelar Raja Minyak?

Fakhri Rezy, Okezone · Rabu 24 Januari 2018 14:55 WIB
https: img.okezone.com content 2018 01 24 320 1849570 arab-saudi-fokus-bangun-kota-kota-besar-selamat-tinggal-gelar-raja-minyak-i5oImEXVAr.jpg Ilustrasi (Foto: Shutterstock)

JAKARTA - Perekonomian Arab Saudi saat ini tidak lagi bergantung lagi dengan minyak yang selama ini menjadi komiditi utama negaranya. Pasalnya, Arab Saudi akan mendiversifikasikan perekonomiannya pada pembangunan Kota Riyadh.

Managing Director dan Chief Executive King Abdullah Economic City (KAEC) Fahd al Rasheed mengatakan, Riyadh menjadi kota pertama di dunia yang terdaftar di bursa.

"Kita sekarang dalam bisnis membangun kota," katanya berbicara dengan CNBC di Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos, Swiss.

"Kami berbicara tentang layanan ekonomi pasca-kejatuhan harga minyak, dan saya pikir arah ekonomi Arab Saudi di masa depan akan menjadi kota-kota besar," tambahnya.

Dirinya mengatakan, ekonomi domestic akan berubah dari minyak menjadi bisnis perkotaan. Apalagi, lanjutnya, Arab Saudi telah mengalami kesulitan yang cukup berat pada 2016 hingga 2017 dalam hal ekonomi. "Tapi menurut saya 2018, dengan anggaran pemerintah tertinggi dalam sejarah kerajaan, itu harus diperbaiki," ujarnya.

Dirinya telah melihat bagaimana ekonomi Arab Saudi pasca kejatuhan harga minyak. Terlihat banyaknya pertumbuhan di bidang-bidang infrastruktur.

"Seperti industri pelabuhan, liburan serta perumahan (konstruksi), jadi kami percaya pada era pasca-minyak dan saya yakin kita akan masuk arah yang benar di sana," ujarnya.

Salah satunya, Raja Abdullah Economic City (KAEC) sebuah proyek besar untuk menciptakan pelabuhan dan kota manufaktur di Laut Merah.

Al Rasheed mengawasi pembentukan KAEC, pelabuhan dan kota manufaktur di Laut Merah yang diharapkan akan meningkatkan hubungan perdagangan Arab Saudi dengan negara-negara lain di dunia. Kota ini didirikan pada tahun 2006 oleh Raja Abdullah bin Abdulaziz Al Saud, mantan raja Arab Saudi, meski saat ini masih belum selesai dikerjakan.

Sementara itu, ambisi di balik pembangunan kota industri adalah agar dapat berperan dalam transformasi ekonomi Saudi di luar ekonomi berbasis minyak. Dengan perkiraan populasi nasional yang berlipat ganda menjadi 1,5 miliar pada tahun 2050, Riyadh yakin kawasan Laut Merah memiliki potensi untuk menjadi pendorong pertumbuhan utama bagi ekonomi global.

Namun, menurutnya proyek ini bukanlah satu-satunya yang ada dalam pikiran Arab Saudi. Pada akhir 2017, pemerintah Saudi mengumumkan bahwa mereka akan membangun mega-city senilai USD500 miliar, dengan tujuan untuk mendiversifikasi ekonominya agar lebih fokus pada energi terbarukan.

Disebut NEOM, kota ini rencananya akan beroperasi dengan energi terbarukan 100%. Ini akan didanai oleh pemerintah dan investor swasta.

"Tidak ada yang tahu bagaimana hal itu (NEOM) akan terlihat karena tidak ada yang pernah membangun hal seperti ini sebelumnya," kata Al Rasheed.

"Saya sudah berkecimpung dalam bisnis ini selama satu dekade sekarang dengan KAEC, dan ini sulit, sulit untuk menarik orang, tapi itu NEOM memiliki dukungan dari Kerajaan dan Putra Mahkota," ujarnya.

Follow Berita Okezone di Google News

Selamat Tinggal Minyak

Sementara itu Menteri Energi Khalid al Falih mengatakan, kepada CNBC bahwa tatanan kerajaan tersebut telah "diubah". "Pesan kami kepada investor adalah bahwa kerajaan itu berubah, kami serius dengan perubahan, ini adalah perubahan yang komprehensif," katanya.

"Kita memerlukan tidak hanya siap menghadapi masa depan tetapi juga untuk menciptakan masa depan melalui inisiatif yang tidak hanya berada di sekitar kekuatan nasional kita di bidang minyak dan gas, tetapi juga tentang menciptakan industri baru, melalui pertambangan, melalui manufaktur yang lebih maju, melalui pariwisata dan pada saat bersamaan, " katanya.

1
2
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini