Di Bangladesh pun serupa LNG Indonesia segera diekspor ke negara itu dengan kesepakatan yang saling menguntungkan.
Di sisi lain, Perseroan Terbatas Industri Kereta Api (PT INKA) bahkan sudah melangkah lebih jauh dengan menargetkan mampu mengirimkan 400 gerbong kereta api ke negara itu.
Sementara itu, di negara terakhir yang dikunjungi dalam "roadshow" lima negara, Afghanistan, Presiden RI Joko Widodo fokus pada masih rendahnya nilai perdagangan ke dua negara. Padahal, potensi yang dapat digarap masih demikian besar asal didukung dengan derajat perdamaian kawasan yang makin baik.
Oleh karena itu, Presiden RI Joko Widodo pun segera mengirimkan delegasi bisnis potensial ke Afghanistan pada triwulan pertama tahun ini. Lagi-lagi peluang bagi kerjasama perdagangan dan investasi pun kian besar bagi Indonesia.
Tindak Lanjut Presiden RI Joko Widodo setibanya di Tanah Air memang meminta jajarannya untuk segera menindaklanjut jalur yang telah dirintisnya itu. Sejumlah menteri dimintanya untuk tinggal atau kembali ke negara yang telah dikunjungi untuk melakukan "follow up".
Bahkan, untuk Afghanistan misalnya, terlepas dari keinginan Indonesia untuk membantu tercapainya jalan damai di Kabul, Wakil Presiden RI Jusuf Kalla akan ke negara itu untuk mengonkretkan jejak Presiden RI Joko Widodo. Secara umum, kunjungan Presiden RI Joko Widodo ke lima negara, yakni Srilanka, India, Pakistan, Bangladesh, dan Afghanistan memang berbuah manis.
Sejumlah kesepakatan kerjasama, khususnya di bidang ekonomi, dicapai dalam kunjungan itu. Bahkan, di luar tujuan ekonomi, misi kemanusiaan pun terlaksana saat ke Bangladesh, Presiden RI Joko Widodo menyempatkan untuk mengunjungi kamp pengungsi etnis Rohingya di Cox's Bazar.
Beberapa hari sebelumnya, sebanyak 10 ton bantuan kemanusiaan Indonesia diterbangkan ke Cox's Bazar sebagai bentuk komitmen pemerintah dan masyarakat Indonesia kepada para pengungsi etnis Rohingya.
Tidak hanya itu, selama 6 jam di Afghanistan pun menjadi sesuatu yang tak pernah sia-sia ketika beragam misi Presiden RI Joko Widodo terlaksana dengan baik meski harus bertaruh nyawa menghindari ancaman teror bom.
Hanya saja, langkah konkret lebih lanjut tetaplah harus dilakukan setelah jalur investasi dan perdagangan ke kawasan Indo-Pasifik kini terbuka lebar.
(Martin Bagya Kertiyasa)