JAKARTA - Pasar saham Indonesia mengalami krisis dalam dua hari belakangan, yang mengakibatkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi cukup tajam. IHSG pun semakin menjauh dari level tertingginya di 6.660.
Dirut Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio mengatakan, meski mengalami penurunan namun posisi pasar saham Indonesia di ASEAN merupakan pertumbuhan paling tinggi per tahun. Dia pun mengklaim, pasar saham Indonesia mengalami penurunan lebih kecil dari negara-negara tetangga sehingga mampu menjadi indeks nomor tiga di dunia.
Sayangnya, lanjut Tito, saat ini seluruh pasal global mengalami sell off, karena sentimen tentang ketidakpastian ekonomi Amerika Serikat (AS) di masa depan.
"Terotically, pertumbuhan saham itu adalah 2E. Ekonomi dan Emiten, plus-minus persepsi, ekonomi bagus emiten pun harus bagus," jelas dia di gedung BEI, Selasa (6/2/2018).
Baca juga:Â Rp2.000 Triliun Kapitalisasi Pasar Modal Masih dalam Bentuk Warkat
Menurut dia, saat ini yang menjadi sentimen global adalah diangkatnya Gubernur The Baru Jerome Powell, yang awalnya berasal dari Wall Street. Pasalnya, investor menilai Powell akan menaikkan suku bunga lebih cepat dari perkiraan.
Akibatnya dari rencana kebijakan tersebut, yield obligasi US Treasury naik sekira 2,7%. Kenaikan yield tersebut, dipengaruhi oleh ekspektasi proyeksi ketakutan inflasi di AS, sejalan dengan dirilisnya data tenaga kerja menguat dan kenaikan upah. "Kalau tenaga kerja naik usaha naik, jadi inflasi. Maka bahaya bagi pasar modal," jelas dia.
 Baca juga: 20 Tahun KSEI Berdiri, Pasar Modal Capai 1,1 Juta Investor
Sekadar informasi, IHSG ditutup dengan 58 saham menguat, 330 saham melemah, dan 91 saham stagnan. Mengakhiri perdagangan, telah terjadi transaksi mencapai Rp15,03 triliun dari 23,28 miliar lembar saham diperdagangkan.
Indeks LQ45 turun 16 poin atau 1,49% menjadi 1.090, Jakarta Islamic Index (JII) anjlok 13 poin atau 1,73% ke 767, indeks IDX30 menurun 7,39 poin atau 1,22% ke 597 dan indeks MNC36 turun 6,63 atau 1,75% ke 373.
Sektor industri dasar turun paling dalam sebesar 3,16%, disusul sektor tambang, perkebunan, perdagangan, dan properti yang turun lebih dari 2%. Sektor konsumsi turun paling kecil, sebesar 0,64%.
Follow Berita Okezone di Google News
(mrt)