Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Indeks Manufaktur Indonesia Capai Angka Tertinggi

Antara , Jurnalis-Jum'at, 02 Maret 2018 |13:11 WIB
Indeks Manufaktur Indonesia Capai Angka Tertinggi
Ilustrasi. (Foto: Shutterstock)
A
A
A

JAKARTA - Purchasing manager index (PMI) atau indeks manajer pembelian manufaktur Indonesia naik dari 49,9 pada Januari menjadi 51,4 pada Februari, yang merupakan angka tertinggi pada kondisi operasional sejak Juni 2016 (20 bulan).

"Pemerintah telah meluncurkan beberapa paket kebijakan ekonomi, di antaranya untuk meningkatkan daya saing industri," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto melalui keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Jumat (2/3/2018).

Selain itu, lanjut Airlangga, melalui kebijakan deregulasi dan debottlenecking yang disertai dengan mempermudah persyaratan dan perizinan. Data PMI tersebut dirilis Nikkei dan Markit. PMI di atas 50 kembali diraih setelah pada Desember 2017 dan Januari 2018 berada di bawah titik netral atau posisi 50.

Baca Juga: Indonesia Jawara Manufaktur di ASEAN, Ini 6 Faktanya

PMI di atas 50 menandakan manufaktur tengah ekspansif. Bahkan, capaian PMI manufaktur Indonesia pada Februari 2018 juga memperlihatkan posisi tertinggi pada kondisi operasional sejak bulan Juni 2016 atau 20 bulan yang lalu.

"Kenaikan PMI tersebut dapat menunjukkan kepercayaan kepada sektor industri agar lebih ekspansi dan menyerap banyak tenaga kerja," tutur Menperin.

Terlebih lagi dukungan peningkatan peringkat kemudahan melakukan bisnis (ease of doing business) yang signifikan, dari peringkat 106 pada 2015 menjadi peringkat 72 pada 2017.

Jajak pendapat beberapa manajer pembelian di perusahaan manufaktur Indonesia yang dilakukan Nikkei menunjukkan industri mengalami penambahan tenaga kerja baru karena umumnya terkait dengan kenaikan permintaan domestik. Dengan peningkatan produksi tersebut, perusahaan mampu menaikkan jumlah penggajian untuk pertama kali dalam 17 bulan.

Baca Juga: Industri Manufaktur Indonesia Terbesar di ASEAN

Selanjutnya, tingkat pertumbuhan ketenagakerjaan ini merupakan yang tertinggi kedua yang tercatat sepanjang survei. Secara bersamaan, perusahaan juga memiliki sumber daya yang mencukupi untuk memastikan pesanan selesai tepat waktu.

Dalam surveinya, perusahaan pun masih tetap percaya diri bahwa output akan naik di periode tahun mendatang, meski sentimen ini tergolong lemah dibanding tren jangka panjang.

"Perbaikan kondisi di pasar domestik menepis penurunan kecil pada permintaan luar negeri untuk produk Indonesia, dengan total order baru dan produksi meningkat untuk pertama kalinya sejak akhir November," papar Aashna Dodhia, ekonom IHS Markit yang mengompilasi hasil survei.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement