Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Sawit hingga Tekstil Jadi Potensi Ekspor Indonesia ke Sudan

Giri Hartomo , Jurnalis-Senin, 05 Maret 2018 |14:40 WIB
Sawit hingga Tekstil Jadi Potensi Ekspor Indonesia ke Sudan
Petani sawit. Foto: Antara
A
A
A

JAKARTA - Indonesia tengah menyasar negara-negara di Benua Afrika untuk meningkat ekspor. Salah satu negara yang diincar untuk menggenjot ekspor Indonesia  adalah Sudan. 

Duta Besar Indonesia untuk Sudan Eritrea Rossalis Rusman Adenan mengatakan, produk komoditas seperti kelapa sawit, tekstil hingga makanan kemasan bisa dimanfaatkan untuk diekspor ke negara Sudan. Pasalnya, pasar kepada tiga produk tersebut di negara Sudan cukup besar.  

"Potensi ekspor (ke Sudan) seperti sawit , tekstil, kemudian makanan kemasan," ujarnya dalam sebuah diskusi di Menara Kadin, Jakarta, Senin (5/3/2018).

Baca Juga: 3 Syarat Utama Ekspor Sarang Walet ke China

Lebih lanjut, Rossalis mengatakan, produk-produk tradisional dari Indonesia yang bisa menunjang pertanian dan peternakan di Sudan juga sangat potensial. Pasalnya, sektor peternakan dan pertanian di Sidang terkenal sangat bagus, utamanya adalah produk daging dan juga kapas.  

"Peternakan dan pertanian. Peternakan Sudan banyak memproduksi ternak yang merupakan salah satu impor daging setiap Idul Adha ratusan ribu ternak impor. Di sana peternakan sangat potensial karena kemungkinannya besar. Pertanian disana sangat cocok adalah kapas," jelas Rossalis.

"Saya juga sudah bicara dengan pengusaha yang sudah menyampaikan minatnya untuk melakukan investasi sifatnya outbond. Untuk memasok kebutuhan kita. Jadi kalau kita tahu daging banyak sekali tetapi supplay-nya masih kurang," imbuhnya. 

Baca Juga: Pemasaran Sarang Burung Walet Mulai Rambah Digital

Oleh karena itu Rossalis mengatakan, pihaknya juga akan mendorong ekspor ke Sudan dengan mendirikan forum bisnis antara Indonesia dengan Sudan. Hal ini dilakukan untuk mendongkrak kerjasama bilateral antara kedua negara. 

"Saya nanti akan mendirikan Indonesia Sudan Business Forum. Lalu kedua, Preferensi Al Trade Agreement (PTA) Sudan dijadikan prioritas," jelasnya. 

Baca Juga: Ekspor 1.053 Ton, Kebutuhan Sarang Burung Walet Dalam Negeri hanya 50 Ton

Menurut Rossalis cara tersebut sudah terbukti melalui perdagangan Indonesia-Pakistan yang mengalami surplus. Bahkan, perdagangan Indonesia-Pakistan jauh lebih tinggi dibandingkan negara tetangga Malaysia. 

"Volume perdagangan Indonesia Pakistan dulu USD400 juta sekarang USD2,1 miliar. Pengalaman saya di sana saya coba di Sudan. Jadi sifatnya dari Kadinnya sana ini kita harus segera bentuk. Mekanismenya satu tahun dua kali. Saya coba usahakan ketuanya harus ikut," jelasnya. 

(ulf)

(Rani Hardjanti)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement