JAKARTA - Kemitraan dalam pertanian menjadi solusi terbaik untuk kesiapan petani sekaligus menjaga harga dari komoditas utama tidak memberatkan. Ironis, ketika harga beras naik tetapi keuntungannya bukan mensejahterakan petani.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perenancanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro mengatakan, kemiskinan paling banyak berasal dari petani dan nelayan. Kesejahteraan hidup mereka masih rendah, padahal mereka adalah penghasil komoditas pertanian dan perikanan yang dinikmati seluruh rakyat Indonesia.
"Sekarang agak ironis, tapi kemudian pada saat yang sama ketika sampai ke pasar ketika belanja beras, jagung, cabai, kok harga relatif tinggi. Logikanya kalau beras tinggi berarti produsen komoditas dapat proposional, artinya dia sejahtera. Tapi ini petani yang hidupnya susah," tuturnya, di Jakarta Food Security Summit (JFSS), JCC, Jakarta, Kamis (8/3/2018).
Baca Juga: Disindir Wapres JK Soal Produktivitas Pertanian, Ini Jawaban Mentan Amran
Bambang mengakui, masalah tata niaga memang masih menjadi tantangan. Akan tetapi, bukan tidak punya solusi. Dia melihat salah satu cara untuk mensejahterkan petani adalah dengan kemitraan. Artinya, mendekatakan petani dengan pembeli akhir, memotong jalur tata niaga, sehingga petani bisa dapat harga tinggi tanpa memberatkan kosumen akhir.
"Kalau harga di pasar mahal petani menderita. Jadi kita harus sejahterakan ini, skema kemitraan strategis akan memastikan harga pasar," ujarnya.
Baca Juga: Wapres JK: Tugas Menteri Pertanian Jauh Lebih Keras dari Sekarang
Sebagai informasi, pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia terlah mendorong kolaborasi kemitraan antara petani, nelayan dengan pelaku usaha. Tercatat sudah ada 24 kerjasama dengan melibatkan 430 ribu petani hingga nelayan.
(ulf)
(Rani Hardjanti)