JAKARTA - Nilai impor Indonesia pada Februari 2018 mencapai USD14,21 miliar naik 25,18% dibandingkan dengan Februari 2017 (yoy), sebaliknya turun 7,16% dibandingkan Januari 2018 (mtm).
Sementara impor nonmigas mencapai USD11,95 miliar turun 8,41% dibandingkan Januari 2018. Namun jika dibandingkan dengan Februari 2017 meningkat 34,58%.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto memaparkan, apabila dilihat dari golongan penggunaan barang, maka diketahui bahan baku atau penolong memberikan peranan terbesar yakni 74,43% dengan nilai USD10,57 miliar.
Baca Juga: Impor Turun 7,16% Jadi USD14,21 Miliar pada Februari
Diikuti oleh barang modal dengan kontribusi sebesar 15,85% senilai USD2,26 miliar. Sementara impor barang konsumsi paling sedikit, yakni 9,72% senilai USD1,39 miliar. Khusus untuk barang konsumsi, beras dan jeruk tercatat mengalami kenaikan impor.
"Untuk barang konsumsi ada beberapa barang yang mengalami kenaikan yaitu beras kita tahu impor beras memang dilakukan sebesar 500 ribu ton dari Thailand dan kedua yaitu jeruk mandarin jenisnya itu kino dari Pakistan nilainya USD19,8 juta. Itu yang menyebabkan kenaikan impor," ujarnya di Kantor BPS, Jakarta, Kamis (15/3/2018).
Adapun peningkatan impor nonmigas terbesar Februari 2018 dibandingkan Januari 2018 adalah serelia menjadi sebesar USD62,7 juta atau 27,05%. Sedangkan penurunan terbesar adalah golongan mesin dan pesawat mekanik menjadi sebesar USD249,6 juta atau 11,43%.