"Tapi waktu itu kita utang berupa 'soft loan' jangka panjang," papar Direktur Eksekutif Indef.
Sejumlah permasalahan yang muncul dalam pengelolaan utang ketika itu antara lain posisi Indonesia lemah dalam hal lobi dan mengajukan kesepakatan perjanjian baik bilateral maupun multilateral, serta terjadi kebocoran dalam pengelolaan utang.
Dengan demikian, lanjutnya, memang persoalan utang memang sudah terjadi sejak lama.
Ia memaparkan, sejak reformasi hingga masa pemerintahan SBY, perekonomian nasional dibantu kondisi global terutama karena ramainya iklim "quantitative easing" atau pelonggaran moneter.
Namun permasalahannya, menurut dia, derasnya aliran uang yang masuk ke dalam negeri tidak benar-benar digunakan untuk mengangkat produktivitas perekonomian bangsa.