Optimistis Jadi Pemain Kunci
Menperin Airlangga Hartarto optimistis Indonesia akan menjadi pemain kunci di Asia dalam implementasi Industri 4.0. Optimisme ini karena besarnya pasar dan banyaknya talenta atau tenaga kerja terampil di negeri ini.
“Kita punya modal generasi milenial yang booming sehingga akan memainkan peranan penting. Kemudian, kita lihat juga pengguna internet di Indonesia yang mana Industri 4.0 ini men jadi era internet of things. Jadi ini kesempatan, tinggal bagaimana kita menyiapkan itu ke depan,” ujar dia.
Airlangga menyadari, agar bisa menjadi salah satu pusat teknologi digital, pemenuhan tenaga kerja terdidik sudah harus dilakukan sejak sekarang. Untuk itulah pemerintah menyiapkan sumber daya manusia berkualitas dan siap pakai melalui pendidikan vokasi yang saat ini terus digenjot.
Selain itu, pemerintah juga akan menarik pulang tenaga ahli yang berada di luar negeri untuk membantu menyumbang tenaganya guna mengem bangkan sektor industri di Indonesia. Program inkubasi startup lewat kerja sama perusahaan luar dan dalam negeri menjadi salah satu cara memulangkan pekerja asal Indonesia dari luar.
Untuk implementasi Industri 4.0, Kemenperin telah menyiapkan lima sektor industri akan menjadi percontohan. Kelima sektor tersebut meliputi industri automotif, makanan dan minuman, tekstil, elektronik, serta kimia. Kelima industri ini merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia. Sebelumnya, Indonesia telah meluncurkan Making Indonesia 4.0 sebagai sebuah roadmap atau peta jalan mengenai strategi Indonesia dalam implementasi memasuki Industri4.0. Roadmap tersebut telah menjadi agenda nasional dengan Kemenperin sebagai leading sector.
Presiden Joko Widodo mengatakan, revolusi Industri 4.0 merupakan sebuah keniscayaan yang apabila tidak dilakukan maka Indonesia akan tertinggal dalam persaingan global. Banyak negara maju dan berkembang yang sudah mengimplementasikan Industri 4.0 sebagai salah satu senjata untuk meningkatkan daya saing.
Jokowi meyakini revolusi Industri 4.0 akan melahirkan jauh lebih banyak lapangan kerja baru daripada jumlah lapangan kerja yang hilang. Presiden menepis hasil penelitian Lembaga Riset Internasional, McKinsey Global Institute, yang memprediksi bahwa 800 juta orang di dunia akan kehilangan mata pencarian pada 2030 karena pekerjaan mereka digantikan oleh robot.
Dari roadmap implementasi Industri 4.0, pemerintah memiliki sejumlah aspirasi atau target yang akan dicapai, yaitu Indonesia menjadi 10 besar ekonomi pada 2030 dan mengembalikan angka net export industri 10%. Adapun lima teknologi utama yang menopang implementasi Industri 4.0 yaitu internet of things, artificial intelligence, humanmachine interface, teknologi robotik dan sensor, serta teknologi 3D printing bakal membuat Indonesia akan lebih maju dan kreatif.
Vice Director Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengatakan, upaya pemerintah dengan mendorong perwujudan ke arah revolusi Industri 4.0 melalui perbaikan mutu SDM merupakan langkah tepat.
“Industri ini membutuhkan SDM lebih ke arah keterampilan dan keahlian, di sisi lain juga kemampuan dari kreativitas dan daya imajinasinya, karena yang sifatnya keterampilan teknis akan dilakukan robotik atau otomatisasi,” kata Eko saat dihubungi KORAN SINDO di Jakarta tadi malam.
Meski demikian, menurut dia, dibutuhkan sarana dan prasarana pendukung infrastruktur telekomunikasi untuk menghadapi revolusi Industri 4.0. Pasalnya, industri ini ke depan akan berbasis internet of things Di sisi lain, daya saing Indonesia dari sisi telekomunikasi masih jauh tertinggal dibandingkan negara lain di ASEAN. (Ichsan Amin/Syarifudin)
(Dani Jumadil Akhir)