JAKARTA - PT Dafam Property Indonesia Tbk (DFAM) berencana menerbitkan surat utang jangka menengah (Medium Term Note (MTN) yang akan dilakukan pada semester II-2018. Adapun target pengumpulan MTN yakni Rp100 miliar hingga Rp150 miliar.
Baca Juga: IPO, Saham Pemilik Hotel Dafam Melejit 69,57%
Direktur Utama PT Dafam Properti Indonesia Billy Dahlan mengatakan, mengenai kepastian nilainya, pihaknya masih melakukan penghitungan berapa jumlah yang akan disesuaikan dengan modal perusahaan. Untuk mempersiapkan pengumpulan dana dari MTN, pihaknya menunjuk PT Sinarmas Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi (underwriter).
"(MTN) Rp100 miliar-Rp150 miliaran. Kita tunggu sampai semester II. Sekarang lagu kita proses setelah IPO sebulan lah," ujarnya saat ditemui di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (27/4/2018).
Menurut Billy, dana tersebut nantinya akan digunakan untuk pengembangan bisnis perusahaan. Pada tahun ini, pihaknya berencana untuk mengakuisisi tiga hotel yang terletak di Jawa Tengah.
Baca Juga: Dafam Property Segera Tawarkan 400 Juta Saham ke Publik
"Ada tiga yang diakuisisi tapi memang belum terekspose juga dan di pipeline ada tiga yang bakal kita akuisisi di tahun ini. Semuanya di Jateng," jelasnya.
Dengan diakuisisinya tiga hotel tersebut, perusahaan menargetkan pendapatan bersih sebesar Rp190 miliar pada tahun ini. Angka tersebut naik 58% jika dibandingkan dengan tahun 2017 yang hanya Rp120 miliar.
Dengan jumlah pendapatan tersebut, pihaknya menargetkan lab bersih bisa naik 200% dari tahun lalu. Atau secara nominal, perusahaan menargetkan laba bersih di tahun 2018 Rp9 miliar.
"Targetnya Rp190 miliaran, tahun lalu Rp120 miliaran. Laba bersih Rp3 miliar, tahun ini di Rp9 miliar," ucapnya.
Kerjasama Dengan Arab Saudi dan Jepang
Selain mengembangkan bisnis di dalam negeri, perusahaan juga berencana mengembangkan bisnisnya ke luar negeri. Hingga saat ini, sudah ada perusahaan properti yang bergerak di sektor perhotelan asal Jepang dan Arab Saudi yang diajak untuk kerjasama.
Khusus kerjasama dengan perusahaan hotel besar Jepang, Billy mengaku jika pihaknya mengajak agar perusahaan Jepang bisa membangun hotel di Indonesia. Saat ini pihaknya bersama perusahaan Jepang tersebut terus melakukan komunikasi secara intensif untuk merealisasikan hal tersebut.
Baca Juga: Lunasi Utang, Intiland Development Terbitkan Global Bond Rp3,37 Triliun
"Iya jadi kita merger gitu. Itu bisa dilakukan. Tapi yang prioritas adalah mereka bangun hotelnya di Indonesia dan kita yang memangsa dengan brand yang berkolaborasi. Karena saya punya 30 dia juga punya 30. Mereka bawa duit kita juga bawa duit," kata Billy.
Mengenai konsepnya, ada beberapa ide yang masuk. Dari pihak Jepang, mengusulkan agar hotel yang dibangun adalah berkonsep kapsul, sementara pihak Dafam berkeinginan untuk membangun hotel berkonsep resort.
Baca Juga: Baramulti Suksessarana Bagi Dividen hingga USD42 Juta
"Kita melihat karena Jepang ini sendiri dia mau buat konsep kapsul . Kapsul hotel yang di Jepang mau dibikin. Tapi saya karena kita memang yang ngedrive kalau memang mayoritasnya deal karena culture yang tahu kan kita jangan yang di Jepang di copy paste dikira ya dia enggak akan laku . Saya kan tadinya orientasinya ke resort tadinya mereka bukan untuk brandnya saja," jelasnya.
Selain Jepang, Dafam juga sudah melakukan kerjasama dengan salah satu perusahaan perhotelan di Arab Saudi. Namun khusus dengan Arab Saudi ini, nantinya Dafam ditugaskan untuk mengelola hotel yang ada di Mekkah dengan nama Dafam Group dan bendera Indonesia.
"Kalau di Mekkah kita pengelolaan saja tidak share jadi pure saya enterpreneur management. Tapi Dafam harus berdiri di sana. Mereka punya group nanti co branding Dafam harus punya nomor satu," ucapnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)