Sahat mengatakan indikasi awal menunjukkan adanya dumping terhadap minyak nabati berbasis rapeseed, minyak zaitun, minyak bunga matahari dan minyak jagung. Indikasi tersebut sangat beralasan mengingat minyak berbasis biji asal Uni Eropa biaya produksinya sangat tinggi.
(ilustrasi: organicauthority)
Tingginya biaya produksi tersebut disebabkan produktivitas minyak nabati asal Eropa jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan minyak kelapa sawit. Oleh karena itu, harga minyak nabati asal Eropa dipastikan jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan minyak nabati berbasis sawit.
Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Oke Nurwan mengatakan, GIMNI masih melakukan eksaminasi atau penyelidikan apakah ada unsur dumping atau subsidi atas minyak nabati asal Eropa tersebut. Hingga saat ini, lanjut Oke, pihaknya akan menunggu pengaduan dari masyarakat, termasuk dari GIMNI.