Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Dana Kelola Reksadana Capai Rp488,96 Triliun, Naik 6,39% di Semester I-2018

Agregasi Harian Neraca , Jurnalis-Selasa, 24 Juli 2018 |12:31 WIB
Dana Kelola Reksadana Capai Rp488,96 Triliun, Naik 6,39% di Semester I-2018
Uang Rupiah. Foto: Ilustrasi Shutterstock
A
A
A

JAKARTA – Di tengah fluktuatifnya indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), kondisi tersebut tidak terlalu berdampak besar terhadap pertumbuhan dana kelolaan reksadana di paruh pertama tahun ini. Berdasarkan rilis Infovesta Utama, disebutkan, dana kelolaan industri reksadana per akhir Juni berada di angka Rp488,96 triliun.

Sedangkan dana kelolaan di akhir Desember 2017 berada di Rp459,57 triliun. Artinya selama semester I 2018 dana kelolaan industri reksadana tumbuh sebesar 6,39%. Angka tersebut mencakup reksadana denominasi rupiah dan dolar AS namun tidak termasuk reksadana penyertaan terbatas. Tumbuhnya dana kelolaan industri reksadana di awal semester I disumbang oleh kenaikan dana kelolaan reksadana saham dan terproteksi yang cukup signifikan.

Rupiah Tak Berisiko Melemah ke Level Rp15.000 per Dolar AS 

Berdasarkan data per akhir Juni, reksadana saham mencatat kenaikan dana kelolaan sebesar 14,13% atau sekitar Rp19,42 triliun dibandingkan dengan posisi akhir tahun lalu. PerJuni, dana kelolaan reksadana saham Rp144,61 triliun. Sedangkan dana kelolaan reksadana terproteksi tercatat naik 11,78% atau naik sekitar Rp13,55 triliun dari akhir tahun lalu. Dana kelolaan reksadana terproteksi mencapaiterproteksiRp117,29 triliun per akhir Juni.

Selain kedua reksadana tersebut, reksadana indeks, ETF dan DIRE juga mengalami kenaikan dana kelolaan. Sementara dana kelolaan reksadana pendapatan tetap, campuran dan pasar uang justru menyusut di akhir Juni 2018. Dalam risetnya, Infovesta Utama menuturkan, di tahun 2018 ini industri reksadana masih memiliki harapan untuk kembali menguat seiring harapan pertumbuhan ekonomi yang baik, harapan yang tinggi atas realisasi pembangunan infrastruktur, rendahnya inflasi dan ekspektasi perbaikan harga komoditas yang menjadi katalis bagi pasar obligasi maupun saham.

Sempat Sentuh Rp14.200 per Dolar AS, Rupiah Ditutup Menguat 0,53% 

Namun demikian dunia juga masih dibayangi kenaikan suku bunga the fed yang dapat berimbas negative pada kinerja instrument berbasis obligasi serta perang dagang yang dapat berimbas pada kinerja emiten di Indonesia. Berkaca pada kinerja industri reksadana secara keseluruhan pada tahun 2018 maka terlihat preferensi investor melakukan penempatan dana baru lebih banyak ke jenis reksadana berbasis indeks dan ETF serta pada pasar uang.

Sementara berdasarkan data dari BEI disampaikan, nilai penerbitan exchange traded fund (ETF) di pasar modal pada paruh pertama tahun ini mencatatkan penurunan yang cukup dalam. Disebutkan, nilai penerbitan ETF pada semester I/2018 hanya Rp37 miliar. Angka tersebut anjlok hingga 96% dibandingkan dengan nilai penerbitan pada semester I/2017 yang tercatat mencapai Rp1,01 triliun. Tercatat pada 6 bulan pertama tahun ini ada tiga manajer investasi yang telah merilis produk reksa dana yang dapat diperdagangkan di pasar modal ini. Ketiganya adalah PT Danareksa Investment Management dengan produknya Danareksa ETF Indonesia Top 40, PT Pinnacle Persada Investama yang merilis Pinnacle IDX30 ETF, dan PT BNI Asset Management dengan BNI-AM Nusantara ETF MSCI Indonesia Equity Index.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement