Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Dahsyatnya Dampak Digital Ekonomi, Indonesia Harus Siap

Oris Riswan , Jurnalis-Jum'at, 10 Agustus 2018 |17:33 WIB
Dahsyatnya Dampak Digital Ekonomi, Indonesia Harus Siap
Digital Ekonomi (Foto: Okezone)
A
A
A

Dalam beberapa waktu ke depan, ia memperkirakan sekira 5 juta tenaga kerja akan hilang karena digantikan oleh teknologi. "Back office nanti tidak lagi dikelola manusia, tapi komputer dan otomasi," ucapnya.

"Contoh kalau sekarang di back office, kalau sekarang 1.000 (pekerja), dengan otomasi dan digitalisasi itu nanti tinggal 100 orang. Karena nanti diambil alih komputer," bebernya.

Karena situasi yang ada merupakan persoalan serius, maka perlu banyak langkah untuk mempersiapkan diri agar Indonesia tidak tertinggal dalam kemajuan ekonomi. Di saat yang sama, produktivitas juga meningkayt dan SDM memiliki kualitas tinggi.

Melihat Lebih Dekat Aktivitas Pekerja pada Perakitan BMW All-New BMW X3

Kunci paling utama adalah menyiapkan SDM berkualitas. Salah satu caranya adalah melalui pendidikan. "Tanpa SDM berkualitas, kita tidak akan pernah bisa keluar dari permasalahan ini," cetusnya.

"Kalau memulai sekarang pun habis-habisan (memperbaiki kualitas SDM), baru 20 tahun yang akan datang kita baru bisa menikmati hasilnya. Tapi karena kita tidak selalu menempatkan ini sebagai prioritas dari 20-40 tahun lalu, maka sekarang posisinya begini-begini aja," sesal CT.

Sedangkan untuk menghadapi digitalisasi ekonomi, ia menegaskan pentingnya mengikuti perkembangan zaman serta terus melahirkan beragai inovasi, kreativitas, dan enterpreneurship. Dia mencontohkan produksi padi yang bisa ditingkatkan hingga 40% jika menggunakan teknologi pengendali gulma.

Peternakan ikan misalnya. Biaya untuk pakan saja bisa mencapai 80% dari biaya produksi. Jika menggunakan teknologi sensor nafsu makan, maka pakan ikan bisa ditekan hingga 21% dari biaya produksi. Sebab, pakan yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan, bukan asal-asalan.

Contoh lainnya adalah memotong mata rantai penjualan gabah dari tingkat petani. Petani bisa langsung menjual dengan memanfaatkan e-commerce. Hal itu bisa memutus mata rantai yang bisa lebih menguntungkan petani. Sebab, petani tidak perlu menjual gabahnya ke tengkulak.

(feb)

(Rani Hardjanti)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement