JAKARTA - Kawasan hunian mewah dengan harga selangit masih diminati selangit masih diminati.
Namun konsep mewah itu kini bergeser, bukan hanya dilihat dari megahnya bangunan, tetapi juga dari fungsi hunian itu sendiri. Konsultan properti Ronny Wuisan menyebut kawasan mewah konsepnya sekarang smart area .
“Mewah artinya sudah seperti itu, sekarang developer sudah tidak banyak mengincar mewah dilihat dari bangunannya, tapi bagaimana dapat menawarkan sebuah konsep kualitas hidup karena Jakarta sudah cukup semrawut,” ungkapnya. Developer mengembangkan area mereka dengan konsep kota dalam kota.
Misalnya superblok yang sekarang banyak ditemui seperti di kawasan Central Park Jakarta. Ronny mengatakan, kemudahan hidup menjadi tujuan, yaitu semua hal bisa dilakukan di kawasan ini mulai belanja, kerja, hotel sampai menikah. Jakarta tidak bisa memberikan apa yang konsumen butuhkan.

Maka developer membangun smart living di area mereka sebagai sesuatu yang dibutuhkan. Lingkungan bersih, aman, kuliner banyak tersedia, rumah sakit, bank serta fasilitas hiburan. Menyediakan apa yang tidak didapatkan di rumah.
“Sudah tidak melihat dari tema desain atau harga, tapi apa yang bisa ditawarkan kepada pembeli. Developer sudah sadar merancang apa yang bisa diberikan, selain hanya tempat untuk tidur,” ungkap founder Urban Ace itu. Hunian vertikal maupun landed sama saja.
Produk tidak lagi penting, tetapi sekarang yang dijual ialah konsep atau konten. “Siapa yang mau tinggal di rumah dengan arsitektur mewah, tapi untuk cari makan saja susah,” sambungnya. Tren rumah dengan konsep hemat energi juga menjadi bagian dari mewah versi smart living .

Rumah zaman sekarang lebih banyak kaca supaya hemat energi. Desain apartemen juga seperti itu supaya sinar matahari banyak masuk. Ronny menyebut di luar Jakarta yang kini berpotensi menjadi kawasan mewah smart living ialah Cikupa yang berdekatan dengan Jakarta Barat.
Menurutnya, di sana punya kesempatan besar untuk menata ulang, juga meredefinisi smart living . Konsep mewah lainnya dilihat dari harga jual yang tinggi karena memang berada di tengah kota.
Para pengembang memang mengincar kalangan kelas atas sehingga menghadirkan sebuah hunian mewah. Permintaan untuk hunian mewah semakin banyak. Namun mereka mulai mencari bukan hanya ingin mewah secara fisik, tapi juga kualitas. Fisik hunian pun dilihat sesuai dengan kenyamanan penghuni.
(feb)
Arsitek Irianto Purnama Hadi menjelaskan bahwa masih banyak konsumen yang mengartikan mewah sesuai dengan definisi sesungguhnya. Untuk kawasan mewah diperlukan jalan masuk yang besar, juga kaveling besar.
“Definisi mewah berbeda untuk setiap orang. Ada yang beranggapan rumah menghadap lapangan golf itu sudah mewah atau yang tanahnya mahal dilihat dari nilai tanah yang ada di tengah kota. Atau pinggir kota tapi luas.

Semua punya pendapat masing-masing,” ujarnya. Dari segi fisik, mewah dari sebuah hunian dilihat dari bahan bangunan yang mahal dengan kualitas premium, juga desain lebih detail. Irianto menyoroti rumah mewah milik pasangan pemilik First Travel yang menjadi tersangka kasus penipuan.
“Itu contoh rumah mewah, tapi belum tentu bagus. Semua selera terlihat mewah dan mahal, namun belum tentu bagus dilihat,” tuturnya. Permintaan pengerjaan rumah mewah diakuinya masih banyak. Irianto kerap merancang rumah privat hingga ke luar Pulau Jawa.

Para pemilik rumah sudah berani menggunakan jasa arsitek profesional langsung dari Ibu Kota. Berkat media sosial, konsumen Irianto hingga Samarinda dan Makassar. “Di daerah tanahnya malah lebih luas dari di Jakarta. Mereka sampai bisa buat museum mobil untuk memajang koleksi mobil.
Tanah yang besar dibuat taman, lalu rumah harus dirancang agar bisa menikmati taman dari rumah,” paparnya. Saran Irianto untuk rumah mewah cukup sederhana. Dibutuhkan banyak orang yang membantu untuk membersihkan rumah karena tentu sangat luas. (Ananda)
(feb)
(Rani Hardjanti)