Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kabar Baik, Harga Rumah Subsidi Bisa Turun

Koran SINDO , Jurnalis-Rabu, 05 September 2018 |10:57 WIB
Kabar Baik, Harga Rumah Subsidi Bisa Turun
Rumah Subsidi (Foto: Okezone)
A
A
A

Masalah backlog masih menjadi masalah utama dari penyediaan perumahan di Indonesia. Menurut dia, angka backlog dalam beberapa tahun belakangan terus mengalami kenaikan hingga 800.000 untuk setiap tahunnya.

Managing Director SPS Group Asmat Amin menyarankan agar dalam lima tahun ke depan pemerintah membuat program pembangunan rumah bagi MBR tersendiri yang lebih masif, terstruktur, dan terencana guna mengatasi persoalan tersebut. Sebab menurutnya, MBR bisa menjadi sebuah solusi untuk mengurangi angka backlog.

“Bagi pemerintah, mem perkecil angka backlog rumah bukanlah perkara mudah. Karenanya, seluruh elemen bangsa harus bahu-membahu membantu merealisasikan pembangunan sejuta rumah,” ujarnya.

Selain itu, pemerintah juga harus berani menawarkan insentif yang menarik bagi dunia usaha sehingga developer, baik BUMN maupun swasta dengan sendirinya berbondong-bondong membangun hunian terjangkau bagi MBR.

89% Kelas Menengah Beli Rumah lewat KPR

“Masalah yang ada saat ini adalah hampir semua developer enggan membangun hunian murah, lantaran belakangan ketersediaan tanah untuk pengembangan hunian MBR di sejumlah wilayah strategis sudah semakin langka. Kalaupun ada, pasti harganya sudah selangit yang sulit di jangkau oleh pengembang. Apa lagi bila skala bisnis mereka kecil,” jelasnya.

Asmat Amin memaklumi, keengganan developer membangun hunian bagi MBR tidak terlepas dari sejumlah insentif dari pemerintah, seperti skema FLPP (fasilitas likuiditas pembiayaan properti) dan subsidi bunga kredit hunian belum mampu meningkatkan minat dunia usaha sektor properti. Selain itu, ketentuan harga unit dan luasan rumah subsidi yang cenderung sama di tiap-tiap wilayah, di mana masing-masing di patok Rp140 jutaan dan Rp7,8-8 juta per meter persegi.

Menurut dia, ketentuan itu terbilang sulit dan tidak relevan lagi dengan kondisi bisnis saat ini. Sebab, pada praktiknya para pengembang kerap kesulitan melakukan hitung-hitungan bis nis pengembangan proyek hunian MBR dengan keuntungan yang wajar.

(Okezone/ Rakhmat Baihaqi)

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement