Ade melanjutkan, ekspor produk TPT Indonesia masih bergantung pada pasar AS dan Uni Eropa. Apabila implementasi Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (Indonesia-EU CEPA) bisa rampung pada 2019, maka akan mendorong ekspor TPT.
”Kalau EU CEPA selesai pada pertengahan 2019 dan berlaku pada 2020, itu akan mendorong ekspor kita menjadi sangat besar,” tuturnya. Ade menambahkan, permintaan dunia untuk produk TPT terus naik.
Menurut dia, ekspor produk TPT pada dua tahun terakhir juga terus naik. ”Pada 2017 naik 5%, 2018 naik 8%. Kebutuhan domestik atas sektor TPT juga naik setiap tahunnya dari 4,5 kilogram (kg) per kapita menjadi 6,5 kg per kapita.
Dikalikan jumlah penduduk Indonesia. Itu angka kebutuhan kita,” jelasnya. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian (Kemenperin), sebesar 30% pakaian jadi dari hasil industri TPT nasional adalah untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri, sedangkan 70% untuk ekspor.
Nilai ekspor industri TPT nasional mencapai USD12,58 miliar pada 2017 atau naik 6%% dibanding tahun sebelumnya. Selain itu, sektor ini menyumbang ke produk domestik bruto (PDB) sebesar Rp150,43 triliun pada 2017.
Lebih lanjut Enggar mengatakan, industri TPT merupakan industri yang terus tumbuh sehingga dapat menjadi andalan devisa bagi Indonesia dengan peringkat ketiga setelah sektor pariwisata dan kelapa sawit. Enggar menjelaskan, pemerintah telah berupaya membuka akses dan pasar produk TPT melalui penyelesaian berbagai perjanjian dagang dengan sejumlah negara.
Pemerintah juga melakukan peningkatan ekspor melalui percepatan perundingan dan pembukaan akses pasar ke pasar nontradisional di kawasan Afrika, seperti Tunisia, Maroko, dan Mozambik. Selain itu, pemerintah turut mendorong peningkatan kerja sama ekonomi ASEAN dengan negara-negara mitra strategis, seperti Kanada, AS, dan Rusia. (Oktiani Endarwati)