JAKARTA – PT Freeport Indonesia saat ini menahan investasi pengembangan tambang bawah tanah karena masih menunggu selesainya proses divestasi oleh PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum).
Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bambang Susigit mengatakan, investasi tambang bawah tanah Freeport pada periode 2014-2021 mencapai USD7 miliar. Namun, karena masih menunggu proses negosiasi selesai, penyerapan investasi belum optimal.
“Investasi baru terserap sekitar 50%, masih menunggu proses negosiasi. Sekitar USD3 miliar sudah terpakai investasi,” ujarnya saat diskusi Skenario Bisnis Pasca Akuisisi Freeport di Hotel Grand Hyatt, Jakarta.
Menurut dia, terdapat dua isu tertahannya investasi tambang bawah tanah Freeport. Pertama, masalah biaya dan tanggung jawab Freeport.
“Apabila Inalum masuk dan menguasai 51%, bagaimana pembagian besaran biaya investasi? Selain itu, apabila masuk semua investasi ke tambang bawah tanah, apakah strategi tersebut di setujui Inalum sebagai pemegang saham mayoritas?” ucapnya.
Dia memastikan setelah proses divestasi selesai, investasi akan kembali normal dan Freeport akan berkontribusi lebih besar bagi negara. Apalagi, pada 2019 Freeport tidak hanya fokus pada pengembangan tambang bawah tanah di Grasberg, tapi sudah mulai fokus untuk tambang dalam.
“Freeport ada tambang terbuka di Grasberg dan lima lokasi tambang dalam. Sumber daya alamnya banyak dan cadangan besar,” kata dia.
Bambang menjelaskan, berdasarkan laporan tim audit, cadangan konsentrat tambang dalam sebesar 2 miliar ton. Adapun untuk sementara cadangan ini sudah terbukti sebanyak 160.000 ton konsentrat di tambang terbuka dan 70.000 ton konsentrat di tambang dalam.
“Artinya, ke depan 160.000 ton tambang terbuka akan masuk ke tambang dalam dengan potensi cadangan besar. Kalau produksi tetap 300.000 ton, sampai 2041 cadangan bijih ada 2 miliar ton,” ujar Bambang.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Sukmadaru Prihatmoko mengatakan, cadangan emas Freeport masih sangat menjanjikan. Bahkan, saat ini Freeport sedang mengembang kan kompleks penambangan besar sepanjang jalur Papua hingga Papua Nugini dengan cadangan sebesar 7.667 ton konsentrat.
“Dari seluruh Indonesia, jika fokus Papua saja sudah ada 3.531 ton emas dan tembaga sebesar 42 juta ton, belum lagi seluruh Indonesia,” kata dia.
Dia menjelaskan, setidaknya ada beberapa lumbung tambang baru Freeport selain tambang Grasberg. Adapun tambang baru tersebut antara lain Wabu, Dabera, dan Soba.
“Potensi tambang baru tersebut merupakan salah satu cadangan potensial yang ke depan bisa dikelola secara maksimal. Hasil eksplorasi selama ini dapat dijadikan Inalum sebagai potensi cadangan ke depan yang dapat dikembangkan secara maksimal,” ujar Sukmadaru.
(Nanang Wijayanto)
(Kurniasih Miftakhul Jannah)