JAKARTA - Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution optimistis penerapan B20 atau biodiesel 20% bisa menekan defisit transaksi berjalan (Current Account Defisit/CAD). Sebab lewat penerapan B20, pemerintah bisa menghemat biaya impor bahan baku untuk BBM yang selama ini selalu dilakukan.
Menko Darmin memperkirakan, selama empat bulan saja periode September hingga Desember 2018, pemerintah bisa menghemat sekitar USD2,5 miliar. Bahkan angka tersebut bisa meningkat lebih besar lagi jika penetapan B20 bisa lebih optimal dan terus didorong lagi.
"Dari September itu bukan tiga bulan lho itu, empat (bulan). Empat bulan ini kita berharap kita perkirakan antara USD2 hingga USD2,5 miliar," ujarnya saat ditemui di Kantor Kementerian keuangan, Jakarta, Jumat (5/10/2018).
Baca Juga: Pemerintah Cari Jalan Keluar Selesaikan Kendala B20
Darmin mengakui jika penerapan B20 saat ini belum terlalu optimal. Sebab masih ada beberapa masalah khususnya penyaluran dalam penerapan B20.
"Jadi yang namanya B20 itu jalan walaupun belum optimum jalannya. Kita bisa mengukurnya sangat mudah. Berapa banyak, B20 masih karena tidak datang karena terlambat macam-macam," jelasnya.
Meskipun begitu lanjut Darmin, penerapan B20 sudah mulai berangsur membaik meskipun belum bisa optimal. Namun dengan tren positif ini, dirinya percaya jika penerapan B20 bisa mulai optimal pada bulan ini.
"Tetapi dia dengan cepat turun B20nya sehingga kita berharap bulan kedua ini itu akan berjalan penuh," ucapnya.
Baca Juga: Biodiesel 20% Bikin Tambah Ongkos Perawatan Sektor Industri
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah membahas kendala menerapkan penggunaan B20. Satu persatu pun diteliti termasuk bagaimana distribusi B20 ke daerah-daerah.
"Tentu ini urusannya Logisitik ya saja dari masing-masing perusahaan baik perusaahan BBM, maupun BBN juga termasuk operasionalnya, kapal dan yang lain," ujarnya
(Dani Jumadil Akhir)