 
                
JAKARTA - Pangeran Putra Mahkota Arab Saudi mengatakan, dirinya tengah menjajaki kesepakatan dengan Kuwait mengenai dua kilang yakni minyak Khafji dan Wafra. Kedua kilang ini diproyeksi bisa menghasilkan 500 ribu barel per hari minyak mentah.
"Kami percaya bahwa kami hampir mendekati kesepakatan dengan Kuwait," ujar Putra Mahkota Mohammed Bin Salman. Dia bertemu dengan Emir Sheikh Sabah Al-Ahmed Al-Sabah di Kuwait, mengatakan dalam sebuah wawancara di sebuah istana kerajaan di Riyadh.
Baca Juga: Harga Minyak Naik Usai Keputusan OPEC soal Peningkatan Produksi
Dilansir Okezone dari Bloomberg, Sabtu (6/10/2018), ladang Khafji dan Wafra terletak di Neutral Zone, bagian dari perbatasan dua negara. Pertanyaan lama tentang kedaulatan atas daerah itu masih belum terselesaikan, tetapi Pangeran Mohammed mengatakan bahwa ladang tersebut masih mungkin untuk bisa dipakai melanjutkan produksi.
Mengaktifkan kembali ladang itu dapat membantu Arab Saudi meningkatkan produksi karena ancaman kekurangan pasokan muncul akibat sanksi AS terhadap Iran. Presiden AS Donald Trump telah berulang kali menuntut agar Organization of Petroleum Exporting Countries atau Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengambil tindakan untuk menurunkan harga. Trump dan Raja Saudi Salman bin Abdulaziz pada Sabtu membahas upaya untuk mempertahankan pasokan.

Kapasitas Tambahan
Menurut Pangeran Mohammed, Arab Saudi saat ini memiliki kapasitas cadangan 1,3 juta barel hari, yang siap digunakan jika pasar membutuhkannya. Output dari ladang minyak di Zona Netral akan memberikan kapasitas tambahan, katanya.
Sanksi AS terhadap Iran dapat mengurangi pasokan sebanyak 1,5 juta barel minyak mentah per hari dari pasar. Arab Saudi dan Rusia telah meningkatkan produksi sekitar 1 juta barel per hari sejak Juni.
"Kami mencoba meyakinkan Kuwait untuk berbicara tentang masalah kedaulatan, sambil terus memproduksi sampai kami menyelesaikan masalah itu," kata putra mahkota.
"Masalah Kedaulatan"
Baca Juga: Wall Street Mixed di Tengah Kesepakatan Dagang Baru AS, Kanada dan Meksiko
Pangeran Mohammed mengatakan fraksi dari kepemimpinan Kuwait telah menerima proposal Saudi untuk melanjutkan output dari Zona Netral sambil mengejar pembicaraan untuk menyelesaikan masalah yang masih ada. Kelompok lain bersikeras menyelesaikan masalah kedaulatan sebelum memulai kembali operasi.
Ketika perbatasan antara kedua negara itu ditarik pada tahun 1922, pertanyaan tentang negara mana yang harus memiliki kendali atas bentangan padang pasir ini di sepanjang Teluk Persia tidak terdefinisi. Situasi itu berlangsung selama beberapa dekade, tetapi hal tersebut tidak menjadi penghalang bagi penemuan dan pengembangan deposit besar minyak di daerah tersebut.

Namun, ladang Khafji ditutup pada Oktober 2014 karena masalah lingkungan hingga waktu yang tidak ditentukan, sementara Wafra, yang dioperasikan Chevron Corp. atas nama Arab Saudi, ditutup pada Mei 2015 karena kesulitan dalam mendapatkan izin kerja dan akses ke peralatan. Lahan tersebut memiliki kapasitas gabungan lebih dari 500.000 barel per hari.
“Kami pikir masalah 50 tahun hampir tidak mungkin diperbaiki dalam beberapa minggu. Jadi kami mencoba untuk memiliki kesepakatan dengan Kuwait untuk terus memproduksi untuk lima hingga 10 tahun ke depan dan pada saat yang sama, kami bekerja pada masalah kedaulatan, ” katanya.
“Hal ini bagus untuk Kuwait dan Arab Saudi, jadi saya percaya itu hanya masalah waktu sampai masalah itu terpecahkan," tutupnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)