NUSA DUA - Di sela pertemuan IMF-World Bank 2018, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) melaksanakan ibadah salat Jumat di Masjid Agung Ibnu Batutah yang berlokasi di kompleks peribadatan Puja Mandala. Uniknya, kompleks tersebut merupakan sebuah simbol kerukunan beragama dan tempat ibadah dari Nusa Dua, Bali.
Masjid Agung Ibnu Batutah merupakan salah satu tempat ibadah yang Berdiri dengan megah di pelataran bukit Kampial Nusa Dua. Masjid Ibnu Batutah berdiri berdampingan dengan empat sarana ibadah umat beragama lain, yakni Pura Jagat Natha bagi umat Hindu, Vihara Budina Ghuna untuk umat Buddha, dan Gereja Bunda Maria Segala Bangsa untuk umat Katolik serta Gereja Kristen Bukit Doa untuk umat Protestan.
Baca Juga: Komentar Bos IMF soal Pidato Presiden 'Game Of Thrones' Banjir Standing Ovation
Dalam Khutbah Jumat di Masjid Agung Ibnu Batutah, KH Drs. Ustadz Soleh Wahid selaku Khotib mangatakan bahwa perbedaaan keyakinan bukanlah alasan bagi manusia untuk tidak mengenal satu sama lain. Sejak awal dilahirkan pun manusia memiliki perbedaan dengan manusia lainnya.
"Akan tetapi, perbedaan-perbedaan yang ada bukan alasan bagi kita untuk tidak saling mengenal, justru karena adanya perbedaan itu hendaknya sesama manusia bisa lebih saling memahami satu dengan lainnya," kata Ustadz Soleh, Jumat (12/10/2018).
Baca Juga: Film Milenial yang Jadi Inspirasi Pidato Presiden Jokowi, Avengers dan Game of Thrones
Ustadz Soleh pun mengajak umat Islam untuk tetap menjalin hubungan yang baik dengan orang-orang yang berbeda suku, maupun keyakinan. "Allah SWT sendiri telah memerintahkan kita untuk saling mengenal satu sama lain agar bisa saling memahami dengan orang-orang yang berbeda," tegas Ustadz Soleh.
Seperti dikutip dari keterangan tertulis, dari beberapa literatur disebutkan bahwa Kompleks Puja Mandala di Nusa Dua, Bali berawal dari keinginan umat Islam untuk mendirikan masjid di Nusa Dua. Namun, karena izin sulit didapatkan dengan alasan tidak memenuhi syarat pendirian bangunan ibadah yang harus mempunyai 500 KK, akhirnya keinginan itu belum dapat dilaksanakan. Pihak MUI bersama Yayasan Ibnu Batutah kemudian datang ke Jakarta untuk meminta persetujuan.
Akhirnya, ada inisiatif dari Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi, yang saat itu dijabat oleh Joop Ave, untuk membangun tempat ibadah kelima agama di satu kompleks. Ide ini didapat atas dasar keinginan presiden Soeharto yang menginginkan adanya tempat ibadah kelima agama yang berdiri di satu tempat. Pihak PT. BTDC lalu menghibahkan bantuan berupa tanah untuk membangun kelima tempat ibadah tersebut. Tanah itu dibagi sama besar dan luasnya.
(Dani Jumadil Akhir)