JAKARTA - Pemerintah melalui PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) segera merampungkan divestasi 51% saham PT Freeport Indonesia. Namun, perseroan harus mengeluarkan dana sebesar USD3,85 miliar untuk membeli hak partisipasi dari Rio Tinto di PTFI dan 100% saham McMoran yang memiliki 9,36% saham di PTFI.
Head of Corporate Communication and Government Relations Inalum Rendi A Witular mengatakan saat ini sudah ada delapan bank asing yang siap memberikan pinjaman untuk proses akuisisi saham Freeport. Dari delapan bank asing tersebut, tidak ada satupun bank asal China yang ikut serta dalam memberikan pinjaman kepada Inalum.
Hal tersebut sekaligus membantah anggapan isu yang beredar ke publik tentang keterlibatan bank adalah China pada proses divestasi saham Freeport Indonesia ini. Bahkan ada beberapa pihak yang menyebut jika pasca proses divestasi ini rampung, maka Freeport akan dikuasai oleh China.
"Iya ya udah (pinjaman tetap dari 8 bank asing tanpa bank China," ujarnya dalam diskusi media di Penang Bistro, Jakarta, Kamis (18/10/2018).
Baca Juga: Pembayaran 51% Saham Freeport Terganjal Masalah Lingkungan
Menurut Rendi ada beberapa hal yang membuat Bank China tidak dilibatkan. Salah satunya adalah suku bunganya yang kurang kompetitif dibandingkan bank-bank asing dari negara lain.
"Karena bunganya enggak kompetitif. (Jadi) masalah bunga aja," ucapnya.
Rendi juga membantah jika saham Freeport bisa kembali dikuasai asing. Anggapan tersebut muncul karena untuk membeli saham PTFI, Inalum harus meminjam uang dari bank asing dengan cara menggadaikan asetnya.
Baca Juga: Freeport: Ada Kepastian Keruk hingga 2041, Smelter Baru Dibangun
Menurut Rendi, dalam mendapatkan pinjaman alias utang untuk pembelian saham PTFI, pihaknya sama sekali tidak menjamin aset apapun kepada Perusahaan Tambang asal Amerika Serikat tersebut. Artinya, dalam proses divestasi 51% saham Freeport itu, tidak ada kekayaan atau aset negara sedikitpun yang digadaikan.
"Enggak ada dijaminkan. Enggak ada jaminan saham atau aset," ujarnya
Baca Juga: Penambang Lokal Dinilai Mampu Kelola Tambang Emas Freeport
Menurut Rendi ada beberapa alasan mengapa pihaknya tak perlu untuk menghadirkan saham bahkan aset untuk mendapatkan pinjaman. Alasan pertama adalah karena potensi bisnis Freeport sangat bagus.
Lalu alasan kedua adalah karena trek record dari PTFI sendiri selama ini cukup bagus karena tidak memiliki utang. Dan yang terakhir adalah, banyak bank yang berminat karena PT Inalum dapat mengakusisi 51% saham PTFI dengan harga yang murah.
"Karena potensi bisnis Freeport bagus kedua Freeport Indonesia tidak ada utang, mereka mampu menghidupi sendiri dan harga yang kita kita dapat murah," jelasnya.
(Dani Jumadil Akhir)