Kedepannya, Hendrikus menginginkan agar perusahaan Fintech lebih fokus pada jumlah peminjamnya dibandingkan nilai yang di pinjamnya. Sebab menurutnya, dalam inklusi keuangan yang dilihat bukan jumlah dana yang dipinjamkan melainkan banyaknya jumlah orang yang menikmati fasilitas tersebut.
“Kami tidak fokus pada lender atau pemberi pinjaman. Kami fokus pada borrower, berapa banyak orang bisa dilayani. Kami antisipasi sampai akhir tahun ini sampai 3 juta borrower,” jelasnya. (yau)
(Rani Hardjanti)