Setelah kami cross check di lapangan memang benar produksi jagung tercukupi, ungkap Dirjen Tanaman Pangan Kementan, Gatot Irianto. Pernyataan ini sejalan dengan data Dinas Pertanian Kabupaten Kendal yang menyatakan bahwa realisasi produksi jagung bulan Januari-September tahun 2018 sudah mencapai 164.905 ton, sedangkan total kebutuhan pakan ternak di Januari-September 2018 sebesar 90.999 ton. Jadi masih ada surplus sebesar 73.906 ton jagung pipilan kering. Sampai dengan akhir tahun diperkirakan surplus sebesar 62.522 ton.
“Kami tidak membantah kalau harga jagung di bulan ini naik, namun yang perlu digaris bawahi adalah produksi kita tidak langka, bahkan surplus,” tegasnya, Jumat (26/10/2018).
Menurutnya, salah satu penyebab kenaikan harga jagung terjadi karena kebutuhan jagung pakan ternak relatif tetap sepanjang tahun, sementara produksi jagung bervariasi antar tempat dan antar waktu. Solusi permanennya antara lain peternak harus disediakan pasokan jagung khusus dari pertanaman setempat disertai pengering, sehingga tidak kalah bersaing dengan perusahaan pakan ternak besar. Peternak juga perlu menyediakan stok terutama pada periode khusus, saat produksi setempat lebih rendah dibandingkan kebutuhannya.