JAKARTA - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menyatakan, iklim jelang pesta demokrasi pemilihan umum Presiden (Pilpres) 2019 berpengaruh pada investasi di Indonesia. Oleh sebab itu, menurutnya, hal biasa bila terjadi penurunan investasi pada iklim tersebut.
Sebelumnya, berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) realisasi investasi periode kuartal III 2018 sebesar Rp173,8 triliun. Realisasi ini mengalami penurunan sebesar 1,6% dibandingkan periode kuartal III 2017 yang sebesar Rp176,6 triliun.
"Seperti biasa sebagian lebih karena menjelang pemilu, laju investasi menurun. Itu biasa saat pemilu," katanya di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (30/10/2018).
Baca Juga: Investasi Kuartal III-2018 Turun, Ini Kata Sri Mulyani
Dia menyatakan, kondisi pemilu berpotensi adanya perubahan perizinan dalam berbisnis. Hal ini membuat investor lebih mempertimbangkan investasinya.
"Faktor perizinan belum lancar atau masih ada ketidakpastian (karena pemilu)," katanya.
Baca Juga: Realisasi Investasi Kuartal III-2018 Turun 1,6% Jadi Rp173,8 Triliun
Sebelumnya, Kepala BKPM Thomas Lembong menyatakan, penurunan investasi disebabkan investor cenderung untuk wait and see untuk berinvestasi di Indonesia. Hal ini salah satunya di dorong penguatan Dolar Amerika Serikat (AS) yang memukul mata uang dunia lainnya, tak terkecuali Indonesia.
“Selain itu terjadinya negatif neraca perdagangan Indonesia periode Januari-September 2018, perang dagang Amerika Serikat, China, dan negara lain, menyebabkan investor bersifat wait and see dan menunda realisasi investasi yang sudah direncanakan," katanya.
Baca Juga: Singapura Masih Jadi Investor Terbesar di RI
Dia menjelaskan, tentunya realisasi investasi kuartal III 2018 yang turun akan menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah. Di mana pemerintah akan mengkaji dan mengevaluasi lagi kebijakan-kebijakan yang dianggap mengganggu stabilitas investasi.
"Pemerintah juga akan mengantisipasi faktor-faktor eksternal yang mungkin akan berdampak pada realisasi investasi di Indonesia kedepannya seperti krisis ekonomi yang terjadi di negara berkembang seperti Turki dan Argentina. Antisipasi ini perlu dilakukan untuk mencegah para investor menarik kembali modal yang telah diinvestasikan melalui pasar modal ataupun pasar uang,” jelasnya.
(Dani Jumadil Akhir)