Faktor kedua, didorong perkiraan pasar akan kenaikan FFR tak lagi sebesar sebelumnya. Sebab The Fed mempertimbangkan proyeksi inflasi AS yang akan tertahan.

Kemudian faktor ketiga yakni perang dagang. Adanya agenda pertemuan antara AS dan China memunculkan harapan baru, panasnya perang dagang bisa mereda.
"Walaupun (pertemuan) tidak menjanjikan berakhirnya perang dagang, tapi memunculkan harapan isu perang dagang akan berakhir baik atau setidaknya tidak memburuk," jelas dia.
Kondisi inilah, kata Piter, menjadi sentimen positif bagi negara-negara perkembang, termasuk Indonesia. Meski demikian, penguatan ini dinilainya akan bersifat sementara, karena menengok kondisi neraca transaksi berjalan yang masih defisit (current account deficit/CAD).
Baca Juga: Rupiah Menguat ke Level Rp14.500-an, Ini Sederet Sentimen Positifnya