Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kebijakan Fiskal Mulai Tampakkan Hasil, Defisit Perlahan Membaik

Koran SINDO , Jurnalis-Rabu, 07 November 2018 |11:01 WIB
Kebijakan Fiskal Mulai Tampakkan Hasil, Defisit Perlahan Membaik
Ilustrasi: Shutterstock
A
A
A

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, Kamis (1/11) lalu, menegaskan kebijakan tersebut tak serta merta langsung menurunkan defisit transaksi berjalan. Dibutuhkan waktu lebih untuk melihat efektivitas kebijakan pemerintah.

“Kalau lihat momentum defisit transaksi berjalan, tidak mungkin langsung drop. Karena pertumbuhan ekonomi kita sedang meningkat,” kata Sri Mulyani. Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Pieter Abdullah Redjalam menuturkan, dengan mempertimbangkan kondisi neraca perdagangan Januari hingga September yang defisit, maka diperkirakan CAD hingga akhir tahun masih akan defisit.

Dia memprediksi defisit transaksi berjalan akan melebar di atas 2,5% PDB atau bahkan melewati 3% PDB. “Sampai dengan September CAD kita sudah di kisaran 2,5% dan selama kuartal IV, CAD dipastikan akan bertambah karena defisit neraca perdagangan barang dan jasa serta yang lebih besar neraca pendapatan primer,” ujarnya.

Baca Juga: Sektor Jasa Keuangan Indonesia Masih Terjaga di Tengah Gejolak Global

Global Head of Currency Strategy & Market Research FXTM Jameel Ahmad menilai pekan ini secara umum akan sibuk bagi pasar berkembang. Ini bermakna volatilitas rupiah masih mungkin terus berlanjut.

Ada beberapa risiko peristiwa di pasar global berperan penting dalam menentukan arah pasar berkembang. Rapat Federal Reserve dan pemilu paruh waktu mendatang di Amerika Serikat adalah dua peristiwa yang akan dipantau investor dengan sangat cermat.

Baca Juga: Sri Mulyani Blakblakan ke Wisudawan STAN soal Tantangan Ekonomi RI

“Pemilu paruh waktu biasanya tidak dianggap sebagai peristiwa besar di pasar finansial, tapi ketidakpastian yang berkelanjutan mengenai pemerintahan Trump berarti investor bisa saja lebih reaktif terhadap peristiwa ini,” kata Jameel.

Adapun PDB kuartal III yang mencapai 5,17%, pasar masih memandang bahwa ekonomi Indonesia terancam melambat karena ketegangan perang dagang AS-China yang berkepanjangan. Ini tetap menjadi kekhawatiran besar di pasar berkembang yang sangat bergantung pada perdagangan global.

(Kunthi Fahmar Sandy)

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement