JAKARTA – Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di pembukaan pagi ini. Rupiah kembali berada di level Rp14.600an per USD setelah kemarin berhasil menguat hingga Rp14.500 per USD.
Dilansir dari Bloomberg Dollar Index, Kamis (8/11/2018) pukul 9:42 WIB, Rupiah pada perdagangan spot exchange dibuka melemah 77,5 poin atau 0,535% ke level Rp14.667 per USD. Rupiah hari ini bergerak di kisaran Rp14.613 per USD – Rp14.669 per USD.
Baca Juga: Penyebab Rupiah Menguat ke Rp14.500/USD
Sementara itu, YahooFinance mencatat Rupiah melemah 80 poin atau 0,55% ke Rp14.655 per USD. Dalam pantauan YahooFinance, Rupiah bergerak di kisaran Rp14.575 per USD – Rp14.665 per USD.
Seperti diberitakan sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner (DK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menegaskan bahwa fundamental ekonomi Indonesia dalam kondisi yang kuat dibandingkan negara-negara berkembang yang nilai tukarnya terpuruk dari dolar Amerika Serikat (AS).
Rupiah sejak Senin 5 November 2018 berlari kencang. Bahkan Rupiah bisa menguat tajam dari level Rp15.089 per USD menjadi Rp14.764 per USD pada perdagangan hari ini.
"Artinya kan investor, terutama portofolio confidence terhadap kondisi Indonesia. Indonesia itu saya bilang fundamentalnya kuat dibandingkan negara-negara yang suka disebut bermasalah. Ya bukan bandingannya (tandingannya)," ujar Wimboh, di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (7/11/2018).
Seperti diketahui, ekonomi Indonesia kerap disandingkan dengan ekonomi negara berkembang lainnya seperti Filipina, India, Afrika Selatan, Brasil dan Turki. Padahal fundamental ekonomi Indonesia dan negara tersebut dalam kondisi yang berbeda.
Baca Juga: Rupiah Menguat ke Rp14.590, Salah Satunya karena Suku Bunga Dipangkas 150 Bps
Menurut Wimboh, saat ini yang menjadi permasalahan adalah bagaimana mengkomunikasikan bahwa kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang sebenarnya sangat kuat.
"Tinggal sekarang kita strukturnya kita perkuat, instrumennya kita banyakin. Sekarang sudah ada hedging, kalau tidak percaya Rupiah, Bank Sentral melakukan swap, bikin Non-Deliverable Forward (NDF)," ujarnya.
Saat ini pemerintah, lanjutnya, terus melakukan penyempurnaan baik dari sisi struktur pasar dalam negeri. "Kalau dahulu NDF gak ada, sekarang ada. Ngapain harus ke Singapura? Di sini saja ada. Jadi terus akan kita lakukan agar pasarnya likuid dan investor confidence. Itu saja," tutupnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)