Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

BI: Pernyataan Powell hingga Harga Minyak Bikin Rupiah Perkasa

Yohana Artha Uly , Jurnalis-Kamis, 29 November 2018 |19:28 WIB
BI: Pernyataan Powell hingga Harga Minyak Bikin Rupiah Perkasa
Uang Rupiah. Foto: Okezone
A
A
A

JAKARTA - Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) terus mengalami penguatan sepanjang bulan November. Rupiah bahkan menguat tajam ke level Rp14.300 per USD.

Bank Indonesia mencatat hari ini, Kamis (29/11/2018) Rupiah sempat menguat cukup tajam ke Rp14.330 per USD, namun kemudian ditutup di level Rp14.375 per USD. Kian menguat dari penutupan kemarin, di level Rp14.525 per USD.

Baca Juga: Rupiah Perkasa ke Rp14.300/USD, Ini Penyebabnya

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah menyatakan, penguatan ini dipicu pernyataan Chairman Federal Reserve Jerome Powell, yang memperlunak pandangannya atau stance terhadap suku bunga acuan The Fed (Fed Fund Rate/FFR). Powell memandang suku bunga acuan sudah berada sedikit di bawah kisaran suku bunga 'netral'.

"Pernyataan Powel tersebut semakin memperkuat keyakinan pasar bahwa tren kenaikan FFR sudah mendekati akhir. Setelah kenaikan di bulan Desember nanti, pasar memperkirakan hanya ada satu kali kenaikan di tahun 2019," kata dia di Jakarta, Kamis (29/11/2018).

Sealin itu, penguatan juga didukung optimistis pasar dengan semakin terbukanya kesepakatan dagang antara AS dan China, yang akan di negosiasikan antara kedua pimpinan negara tersebut pada pertemuan G20.

Nanang menjelaskan, dua faktor global utama yakni ekspetasi kenaikan suku bunga The Fed dan tensi perang dagang mempengaruhi pergerakkan kurs Rupiah. Sebelumnya, yang sepanjang April - September 2018 terus menekan Rupiah, kini sudah memberikan iklim yang lebih kondusif terhadap stabilitas nilai tukar Rupiah.

Baca Juga: Rupiah Semakin Kokoh, Sore Ini di Rp14.382/USD

Faktor positif lainnya, lanjut Nanang, adalah terus merosotnya harga minyak mentah dunia, yang sudah menyentuh USD50 per barel. Sehingga dapat mengurangi tekanan pada defisit neraca perdagangan migas Indonesia ke depan.

"Bank Indonesia mencermati dampak dari dinamika global tersebut terhadap penguatan Rupiah, dan melihat ruang yang masih besar bagi penguatan lebih lanjut. Hal ini karena Rupiah sempat melemah cukup tajam selama 2018 sehingga penguatan saat ini masih cukup wajar," jelasnya.

Menurutnya, penguatan Rupiah juga menunjukkan kepercayaan investor global terhadap perekonomian Indonesia yang semakin kuat. "Didorong kebijakan moneter dan fiskal yang konsisten dan hati-hati dalam merespons tantangan global dan domestik, termasuk dalam mengendalikan defisit neraca transaksi berjalan." ujar dia.

Nanang menyebutkan, arus modal global ke pasar sekunder melalui Surat Berharga Negara (SBN) selama November 2018 mencapai Rp31,8 triliun. Sedangkan sepanjang tahun 2018 (year to date/ytd) telah mencapai Rp63 triliun.

(Feby Novalius)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement