Tiga faktor sentimennya adalah ketidakpastian tingkat dana federal (FFR), lonjakan harga minyak dan volatilitas rupiah berikutnya. IHSG mengungguli pasar obligasi, seperti pada 2008/2013/2015 ketika penghindaran risiko tinggi.
Baca Juga: Sri Mulyani Tingkatkan Kewaspadaan Gejolak Ekonomi Global
Ekspektasi pertumbuhan dipangkas atas mata uang (terdepresiasi sebesar 13% versus dolar AS pada titik terendah) dan suku bunga naik 175 basis poin pada Januari-November 2018, tetapi menunjukkan ketahanan sebagai konsumsi domestik, baik swasta dan publik, masing-masing 5% yoy dan 6,3% yoy pada kuartal III-2018, mendorong PDB naik 5,2% dan pendapatan perusahaan tumbuh 12,5% yoy di kuartal III 2018.
Meski demikian, risiko kenaikan suku bunga dan harga minyak mendingin, jauh di bawah USD60 per barel. Hal tersebut mendukung prospek yang lebih konstruktif di tahun 2019. Politik bisa menjadi dorongan signifikan untuk sentimen bisnis pada Kuartal II-2019, yang dapat mendorong prospek pertumbuhan jauh melampaui 2019.
(Feby Novalius)