Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Menko Luhut: Indonesia Terlalu Besar jika Berpihak pada 1 Negara

Giri Hartomo , Jurnalis-Jum'at, 30 November 2018 |14:49 WIB
Menko Luhut: Indonesia Terlalu Besar jika Berpihak pada 1 Negara
Foto: Giri Hartomo
A
A
A

JAKARTA - Menteri Koordinator bidang Kemaritiman buka suara terkait anggapan jika Indonesia terlalu bergantung pada investasi China. Bahkan sampai muncul anggapan jika Indonesia sedang mesra-mesranya dengan negeri tirai bambu tersebut.

Menurut Luhut, anggapan itu sangatlah tidak benar. Pasalnya, Indonesia sangat terbuka dengan negara-negara lain utamanya demi keuntungan dan kepentingan negara.

"Mengenai China. Saya ingin garis bawahi ya, 'Luhut dibilang lagi mesra sama China'. Indonesia terlalu besar untuk berpihak pada satu negara," ujarnya dalam acara coffee morning di Kantor Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman, Jakarta, Jumat (30/11/2018).

Baca Juga: Perang Dagang AS-China, Indonesia Bisa Belajar dari Thailand dan Vietnam

Menurut Luhut, semua negara bisa masuk ke Indonesia asalkan harus mengikuti empat aturan. Pertama adalah teknologi yang dibawa harus ramah lingkungan.

"Siapapun dia datang harus ikut 4 aturan Indonesia. Pertama semua teknologi harus ramah lingkungan, tidak boleh second class," ucapnya.

Lalu syarat yang kedua investasi yang dibawa masuk harus memiliki nilai tambah. Maksudnya, jangan sampai ada investor asing yang masuk justru langsung melakukan eksplorasi tanpa adanya keuntungan bagi Indonesia.

"Dia harus added value. Kita enggak mau dia masuk langsung eksplorasi. Saya kasih contoh Morowali mulai dari nikel, stainless steel, lithium baterry kita kontrolin. Kita mau lebih banyak lithium baterry karena itu energi alternatif. Kita ingin jadi global player," jelasnya.

 Baca Juga: BI dan Bank Sentral China Perkuat Kerja Sama Keuangan Bilateral

Lalu yang ketiga adalah harus bisa mengoptimalkan dan mengembangkan tenaga kerja lokal. Artinya, pada saat empat tahun awal berinvestasi harus ada transfer ilmu dari tenaga kerja asing yang dibawa kepada tenaga kerja lokal.

"Kita bolehkan 4 tahun pertama menggunakan banyak tenaga asing. Tapi di waktu yang sama bersama pemerintah membangun politeknik untuk nantinya menggantikan tenaga asing itu. Sampai sekarang belum ada politeknik berkelas dunia, sekarang sudah ada di Morowali. Praktiknya di sana ada di pabriknya," jelasnya.

Lalu yang terakhir adalah harus ada transfer teknologi. Maksudnya, teknologi yang dibawa ke Indonesia harus diajarkan bagaimana cara membuatnya dan segala macamnya kepada tenaga lokal

"Teknologi transfer. Itu sebabnya seperti lithium battery kita ikutkan dalam scientist-nya. Sekarang kita paksa, kau main fast tapi kau harus ini ini ini," kata Luhut.

(Dani Jumadil Akhir)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement