DOHA - Qatar akan keluar dari Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) per Januari 2019. Demikian laporan dari Gulf Times.
Keputusan itu muncul setelah Qatar meninjau cara-cara untuk meningkatkan perannya secara internasional dan rencana strategi jangka panjang, kata laporan itu, mengutip Menteri Negara Urusan Energi Saad bin Sherida al-Kaabi.
"Qatar telah memutuskan untuk menarik keanggotaannya dari OPEC efektif Januari 2019 dan keputusan ini dikomunikasikan kepada OPEC pagi ini," jelasnya seperti dilansir Xinhua, Jakarta, Selasa (4/12/2018).
Baca Juga: Indonesia Masih Enggan Bergabung dengan OPEC
Namun, Qatar masih akan menghadiri pertemuan OPEC di Wina pekan ini yang membahas pemangkasan produksi minyak.
Dia menekankan bahwa Doha akan terus mematuhi semua komitmennya seperti produsen minyak non-OPEC lainnya.
Keputusan itu tidak terkait dengan boikot politik dan ekonomi Qatar yang diberlakukan sejak Juni 2017 oleh pemimpin de facto OPEC Arab Saudi dan tiga negara Arab lainnya, tambahnya.
Dia mengatakan, Doha akan fokus pada potensi gasnya. "Karena itu tidak berguna menempatkan upaya-upaya dan sumber daya dan waktu dalam sebuah organisasi di mana kami adalah pemain yang sangat kecil dan saya tidak memiliki suara dalam apa yang terjadi."
Tercatat, Qatar telah menjadi anggota OPEC selama 57 tahun, memiliki produksi minyak hanya 600.000 barel per hari (bpd), sangat jauh jika dibandingkan Arab Saudi yang memproduksi minyak 11 juta bpd.
Baca Juga: Indonesia Dipinang Kembali OPEC, Bagaimana Jawaban Arcandra?
Tetapi Doha adalah pemain yang berpengaruh di pasar LNG global dengan produksi tahunan 77 juta ton per tahun, berdasarkan cadangan bahan bakarnya yang besar di Teluk.
Al-Kaabi, yang memimpin delegasi OPEC Qatar mengatakan keputusan itu adalah bagian dari strategi jangka panjang dan rencana negara itu untuk mengembangkan industri gas dan meningkatkan produksi LNG menjadi 110 juta ton pada 2024.
"Banyak orang akan mempolitisirnya," kata Al-Kaabi. "Saya jamin ini murni keputusan tentang apa yang tepat untuk jangka panjang di Qatar. Itu adalah sebuah keputusan strategi."
(Dani Jumadil Akhir)