Menurut Eko, tahun depan tantangan yang dihadapi industri makanan dan minuman masih kompleks. Bagi industri makanan dan minuman yang berorientasi ekspor, perlambatan ekonomi dunia akan memengaruhi permintaan dari negara tujuan ekspor.
Kemudian pengaruh nilai tukar Rupiah terhadap industri makanan dan minuman melalui bahan baku/penolong impor.
Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Adhi S Lukman masih optimistis industri makanan dan minuman masih bisa tumbuh di angka 8-9% pada 2019. Pertumbuhan itu masih didorong oleh konsumsi domestik.
“Dalam setahun, jumlah penduduk Indonesia naik sekitar 4 juta orang. Itu harus disediakan makan sehingga menjadi pasar baru bagi industri makanan dan minuman.