NEW YORK - Pada 2020, Thomson Reuters berencana akan memangkas jumlah tenaga kerjanya di seluruh dunia sebesar 12%.
Dilansir dari CNN, Rabu (5/12/2018), perusahaan penyedia informasi dan berita itu secara drastis akan mengurangi stafnya dengan memotong 3.200 pekerjaan dan menutup 55 kantor pada 2020.
Baca Juga: Kekayaan Pemilik Media Ini Tembus Rp454 Triliun, Siapa Dia?
Reuters mengatakan akan mempekerjakan sekitar 23.800 orang dari 27.000 tenaga kerja saat ini. Reuters mengungkapkan rencananya untuk masa depan di hari investor tahunan di Toronto.
"Thomson Reuters secara rutin mencari cara untuk menjalankan operasi bisnis global kami yang lebih efisien dan efektif," kata juru bicara Reuters.
"Pendekatan disiplin ini terkadang mencakup kebutuhan untuk membuat personel, atau lainnya, perubahan yang memungkinkan kami menyeimbangkan sumber daya manusia secara internal kami dengan kebutuhan pelanggan kami dalam lingkungan yang sangat kompetitif," lanjutnya.
Baca Juga: Penurunan Industri SKT Bakal Picu Pengangguran Besar
Perusahaan menjual layanan berita, perangkat lunak untuk pasar keuangan, gambar dan juga layanan khusus untuk praktisi hukum. Mayoritas karyawan yang terkena dampak telah diberitahu sebelumnya. “Tetapi menolak untuk menentukan divisi mana yang terpengaruh oleh pemotongan,” kata perusahaan.
Rencana ini bagian dari Reuters termasuk mengurangi pengeluaran modalnya sebesar 3% dan memangkas jumlah produk yang dijualnya.
Pada Oktober, Reuters menjual saham mayoritas unit Keuangan dan Risiko ke perusahaan ekuitas swasta Blackstone Group sebesar USD17 miliar.
Baru-baru ini, Reuters bergabung dengan perusahaan media lain dalam mengumumkan PHK. Dimulai dari berita Mic, surat kabar New York Daily News dan penerbit majalah Meredith dan Hearst semuanya baru-baru ini menghapuskan gabungan untuk ratusan pekerjaan.
(Dani Jumadil Akhir)