Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Dolar AS Tekan Rupiah ke Level Rp14.514 per USD

Rany Fauziah , Jurnalis-Senin, 10 Desember 2018 |09:51 WIB
Dolar AS Tekan Rupiah ke Level Rp14.514 per USD
Foto: Uang Rupiah (Okezone)
A
A
A

JAKARTA – Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah di pembukaan pagi ini. Rupiah melemah kembali ke level Rp14.500-an per USD.

Dilansir dari Bloomberg Dollar Index, Senin (10/12/2018) pukul 09.30 WIB, Rupiah pada perdagangan spot exchange ditutup menguat 34 poin atau 0,24% ke level Rp14.514 per USD. Rupiah hari ini bergerak di kisaran Rp14.497 per USD – Rp14.524 per USD.

Sementara itu, YahooFinance mencatat Rupiah melemah 50 poin atau 0,34% ke Rp14.515 per USD. Dalam pantauan YahooFinance, Rupiah bergerak di kisaran Rp14.465 per USD – Rp14.520 per USD.

Baca Juga: Komentar Presiden Jokowi Soal Penguatan Rupiah

Sebelumnya,Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah menyatakan, pergerakkan nilai tukar Rupiah dipengaruhi risk-off dan aksi flight to quality yang mewarnai pasar keuangan global. Setidaknya penutupan Rupiah hari ini membaik dari sebelumnya didorong intervensi Bank Sentral dalam bentuk transaksi DNDF (Non-Deliverable Forward).

Namun aktifnya Bank Indonesia intervensi dalam bentuk transaksi DNDF sepanjang sesi perdagangan, Rupiah berhasil di tutup di Rp14.465 (per USD)," jelas dia kepada Okezone.

Dia menjelaskan, risk off di pasar keuangan global terutama dipicu kekhawatiran pasar terhadap kembali meningkatnya tensi sengketa dagang antara AS dan China. Hal ini menyusul ditangkapnya CFO Huawei Techologies, Wanzhou Meng di Kanada yang akan diekstradisi ke AS.

Baca Juga: Rupiah Sempat Melemah, BI: Dipengaruhi Kekhawatiran Pasar

Kekhawatiran pasar tersebut mendorong pelemahan indeks saham global, sementara yield UST berlanjut turun hingga ke 2.83%, jadi level terendah sejak September 2018. Hal ini karena meningkatnya ekspektasi pasar terhadap perlambatan ekonomi AS menyusul rilis data ekonomi AS yang melemah.

"Kurva imbal hasil (yield curve) di pasar oabligasi AS cenderung inverted, bahkan spread yield obligasi 2 dan 5 tahun sudah negatif," kata dia.

Selain itu, risiko global juga dipengaruhi beberapa data ekonomi AS yang dirilis, mengindikasikan ekonomi AS tidak sesolid tiga bulan sebelumnya. Di mana penyerapan tenaga kerja di bawah ekspektasi, defisit perdagangan melebar menjadi yang terbesar dalam 10 tahun.

(Feby Novalius)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement