Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Sikapi Pasar 2019, Bahana TCW Targetkan Dana Kelolaan Rp50 Triliun

Ade Rachma Unzilla , Jurnalis-Selasa, 29 Januari 2019 |18:52 WIB
Sikapi Pasar 2019, Bahana TCW Targetkan Dana Kelolaan Rp50 Triliun
Ilustrasi (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Perusahaan asset management plat merah, Bahana TCW Investment Management (BTIM) akan bersikap konservatif dalam menargetkan pertumbuhan dana kelolaan pada tahun 2019 sebesar Rp50 triliun. Hal tersebut karena meredanya fluktuasi pasar finansial negara berkembang sejak awal tahun ini.

Presiden Direktur Bahana TCW Investment Management Edward Lubis menyatakan, kondisi pasar finansial Indonesia tahun 2019 masih harus menghadapi tantangan sepanjang triwulan satu dan triwulan dua tahun ini. Saat ini, ungkap Edward, arus modal asing mulai kembali masuk ke negara berkembang, termasuk Indonesia.

Hal ini didorong adanya sentimen global yang meragukan pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat (AS) tahun ini, terlihat dari suku bunga obligasi AS yang turun. Di samping itu, harga minyak dunia yang turun turut mendongkrak Rupiah kembali menguat terhadap dolar sejak triwulan akhir 2018.

“Pasar finansial Indonesia memang jauh lebih baik dibandingkan tahun 2018 lalu. Namun, ada persepsi investor yang masih enggan untuk menempatkan investasi di pasar saham dan obligasi karena menunggu perkembangan pasar. Perlu waktu untuk membangun optimisme investor kembali. Sehingga Bahana memproyeksikan pertumbuhan yang konservatif pada tahun ini,” ujar Edward, dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Selasa (29/1/2019).

Baca Juga: Indo Premier Bidik Dana Kelola Rp100 Miliar

Senada dengan hal ini, Direktur Strategi Investasi dan Kepala Makroekonom BTIM Budi Hikmat menyatakan, walaupun menghargai respon kebijakan pemerintah namun fundamental ekonomi Indonesia masih belum sepenuhnya aman dari sentimen global. Penguatan pasar finansial saat ini masih ditopang dari modal asing yang masuk dan juga penurunan harga minyak.

Sementara indikator penguatan daya beli belum meyakinkan. Neraca dagang yang anjlok pada tahun lalu cenderung menekan pertumbuhan daya beli yang terkonfirmasi melaui perlambatan pertumbuhan uang M1.

“Dengan penurunan harga minyak bumi yang lebih dalam ketimbang harga CPO, batu-bara dan karet, membuat perbaikan sejauh ini ibarat tidak perlu merogoh kocek lebih dalam. Namun isi dompet belum bertambah. Itu sebabnya Pemerintah harus memacu perbaikan struktur perdagangan internasional untuk memacu ekspor produk manufaktur dan barang jadi bukan komoditas primer yang booming cycle sudah usai,” kata Budi.

Baca Juga: Dana Kelolaan Syailendra Capai Rp20,25 Triliun

Oleh karena itu, anak usaha PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI) ini menargetkan total dana kelolaan di tahun 2019 sebesar Rp50 triliun, atau naik sekitar 4-5% dibandingkan tahun 2018. Sementara, akhir tahun 2018 lalu, total dana kelolaan aset management cenderung flat dari sejak awal tahun 2018 lalu.

Sepanjang 2018 lalu, Bahana telah meluncurkan 28 produk reksa dana baru, meliputi 26 produk reksa dana terproteksi, 1 reksa dana pendapatan tetap, dan 1 reksa dana pasar uang. “Kondisi pasar yang fluktuasi menyebabkan banyak investor yang mengalihkan asetnya dari reksa dana pendapatan tetap dan saham ke reksa dana Terproteksi dan pasar uang. Oleh karena itu, kami terus menghadirkan produk-produk baru pada kelas aset tersebut untuk memenuhi kebutuhan para investor,” jelas Edward.

Sementara, pertumbuhan investor retail selama tahun lalu naik tajam sebesar 76% , dari Rp 5.2 triliun di tahun 2017 ke Rp 9,15 triliun di tahun 2018. “Kami terus berusaha menumbuhkan jumlah investor retail kami, dengan bekerja sama dengan para agen penjual reksa dana seperti perbankan dan digital market place,” ujar Edward.

(Feby Novalius)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement