JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, perekonomian sepanjang tahun 2018 dihadapkan tantangan yang sulit. Terjadi gejolak ekonomi dunia, salah satunya dipicu kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS, The Fed dan kebijakan pengetatan likuiditas negara tersebut.
Kebijakan normalisasi moneter oleh The Fed itu berimbas pada semua mata uang negara di dunia, terlebih pada negara emerging market. Nilai tukar Rupiah juga terus terdepresiasi sepanjang tahun lalu.
"(Kondisi di 2018) menggambarkan dampak yang dilakukan Jerome Powell itu sistemik ke seluruh dunia. Tedampak ke emerging country bahkan ke advance country," kata dia dalam acara DBS Asian Insight Conference di Hotel Mulia, Jakarta, Kamis (31/1/2019).
Baca Juga: Pukul Dolar, Rupiah Menguat ke Rp14.065/USD
Kebijakan moneter AS pun direspons Bank Indonesia (BI) dengan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 175 basis points (bps) di tahun 2018, untuk menstabilkan nilai tukar. Hingga akhir Desember 2018, Rupiah tercatat terdepresiasi mencapai 6,9%.
"Jadi kita enggak terlalu buruk, kita juga enggak sepenuhnya tidak terdepresiasi. Jadi kita OK," imbunya.