JAKARTA - Pada era digitalisasi masa kini banyak bermunculan perusahaan rintisan atau startup. Indonesia sendiri memiliki ratusan startup namun hanya 4 yang masuk dalam ketegori unicorn, yaitu Go-Jek, Traveloka, Tokopedia dan Bukalapak.
Unicorn merupakan startup yang memiliki nilai valuasi USD1 miliar dolar ke atas. Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh seorang investor ventura, Aileen Lee pada tahun 2013. Saat itu, kata dia, hanya 0,07% startup yang bisa menembus valuasi USD1 miliar, sehingga sulit sekali menemukannya seperti layaknya mencari unicorn, hewan kuda putih bertanduk yang dianggap mitos.
Lima tahun kemudian, banyak startup yang menjelma menjadi unicorn, termasuk di Indonesia. Okezone pun merangkum perjalanan sukses dua startup yakni Go-Jek dan Traveloka hingga menjadi unicorn.
Go-Jek, startup penyedia layanan transportasi online, menjadi yang pertama di Indonesia mendapatkan gelar unicorn. Perusahaan besutan Nadiem Makarim ini dibangun pada tahun 2010, yang pada Agustus 2016 menjadi unicorn.
Baca Juga: 2 Pelajaran Penting Bill Gates untuk Anak-Anaknya, Apa Saja?
Saat itu, Go-Jek meraih pendanaan hampir USD550 juta, sehingga membuat valuasinya menyentuh USD1,3 miliar. Pendanaan tersebut digalang oleh Sequoia Capital dan Wargburg bersama enam investor ventura lainnya.
Tak hanya itu, raksasa internet global Alphabet, induk usaha Google turut menyuntikkan dana senilai hampir Rp16 triliun. Setelah mendapat beragam suntikan dana asing total nilai perusahaan Go-Jek diperkirakan telah mencapai USD4 miliar atau lebih dari Rp54 triliun pada saat itu.
Valuasi Go-Jek kian bertambah ketika adanya aliran investasi dari Global Digital Niaga (GDN), pemilik blibli.com. GDN merupakan anak perusahaan pemodal ventura milik Grup Djarum, Global Digital Prima (GDP). Meski demikian, angka investasi ini tak diungkapkan oleh kedua pihak.
Suntikan dana juga didapatkan Go-Jek dari perusahaan otomotif lokal, PT Astra International (Astra). Di mana investasi diberikan sebesar US$150 juta atau sekitar Rp2 triliun, menjadikan yang terbesar sepanjang sejarah bisnis digital Indonesia.
Kini Nadiem telah membawa perusahaannya melebarkan sayap ke beberapa negara Asia Tenggara, yakni Vietnam, Thailand, Singapura pada tahun lalu. Kini Go-Jek hadir di 204 kota dan beberapa kota di 5 negara di Asia Tenggara. Saat ini juga perusahaan transportasi online itu memiliki lebih dari 2 juta pengemudi dan sekitar 400.000 pedagang yang terdaftar dalam platformnya.
Baca Juga: Yuk Belajar Sukses Jadi Pengusaha dari Para Konglomerat Dunia
Setelah Go-Jek, ada lagi Traveloka, yang mendapatkan status unicorn pada Juli 2017 setelah dirintis sejak 2012. Saat itu, perusahaan besutan Ferry Unardi ini mendapatkan suntikan dana dari Expedia menggelontorkan sebesar USD350, membuat valuasi startup portal travel itu tembus USD1 miliar.
Sebelum mendapatkan dana dari Expedia, perusahaan startup yang didirikan oleh Ferry Unardi itu memperoleh berbagai seri pendanaan dari investor di antaranya East Ventures, JD.com, dan Sequoia Capital. Ini membuat Traveloka total telah memperoleh pendanaan sebesar USD500 juta.
Traveloka menjadi startup Indonesia ketiga setelah, Go-Jek dan Tokopedia. Meskipun demikian, penyedia layanan penjualan tiket online ini termasuk yang tercepat sebab hanya 5 tahun. Di mana unicorn Indonesia lainnya setidaknya butuh waktu 6 tahun untuk mendapatkan valuasi USD1 miliar. (yau)
(Rani Hardjanti)