NEW JERSEY – Sejumlah perusahaan asal Amerika Serikat (AS) memiliki sejumlah cara untuk menyiasati perang dagang yang terjadi antara AS dan China.
Perusahaan pembuat sepeda asal AS, Kent International, telah menemukan cara menghindari tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump pada produk-produk buatan China. Cara yang di lakukan Kent adalah memindahkan produksi sepedanya keluar dari China.
Seperti semua pembuat sepeda asal AS, Kent sangat tergantung dengan buruh dan suku cadang murah dari China. Meski demikian, kebijakan tarif Trump telah menaikkan biaya produksi hingga sekitar USD20 juta per tahun.
“Kami tidak memiliki pilihan selain secepat mungkin memindahkan produksi keluar dari China,” ungkap Chief Executive Officer (CEO) dan pemilik mayoritas Parsippany, Arnold Kamler. Parsippany adalah perusahaan sepeda yang berbasis di New Jersey.
Baca Juga: Jelang Berakhirnya Perang Dagang, AS-China Kebut Perundingan
Meski demikian, Kent dan produsen sepeda lain tidak memindahkan operasi manufaktur mereka ke AS untuk menghindari tarif atau mereka telah berhenti menggunakan suku cadang asal China.
Perusahaan itu sekarang berencana membuat rangka sepeda di Kamboja sambil terus membeli sekitar setengah komponen yang akan dipasang kerangka itu dari para produsen di China.
Sepeda yang sudah jadi dapat masuk ke AS bebas tarif karena aturan AS secara umum mengizinkan produk yang didesain sebagai buatan Kamboja selama 35% biaya untuk suku cadang dan buruh berasal dari negara itu.
Baca Juga: Trump Tunda Kenaikan Tarif Produk China, Apa Dampaknya?
Menyiasati aturan awal itu merupakan strategi untuk menghindari tarif secara sah yang diterapkan beberapa perusahaan sepeda di AS dan di lakukan oleh industri lain. Perubahan dalam industri sepeda yang bernilai USD6 miliar itu menunjukkan bagaimana sejumlah manufaktur dapat terus mendapatkan banyak suku cadang mereka dari China.
Kondisi ini pun menggagalkan tujuan pemerintahan Trump untuk mendorong lapangan kerja dari manufaktur AS. Perkembangan ini juga menunjukkan seberapa cepat manufaktur ringan dengan operasional yang tak terlalu padat modal dapat pindah ke Asia Tenggara.