Sebagai informasi, sepanjang tahun 2018 kemarin, emiten farmasi nini membukukan penjualan bersih Rp1,02 triliun. Capaian ini naik 2,08% dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp1 triliun.Adapun, laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp132,31 miliar. Laba bersih ini naik 5,62% dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp125,27 miliar. Dengan demikian laba per saham yang dibukukan sebesar Rp158.
Lebih lanjut, jumlah aset pada 2018 sebesar Rp1,87 triliun. Jumlah liabilitas dan ekuitas masing-masing sebesar Rp1,07 triliun dan Rp789,80 miliar.Barokah mengatakan, kontributor terbesar penjualan perseroan berasal dari segmen obat generik. Kontribusi segmen ini mencapai lebih dari 50% terhadap total penjualan.
Di samping itu, jumlah aset PEHA terus meningkat selama tiga tahun terakhir. Jumlah aset pada 2016 sebesar Rp883,29 miliar dan pada 2017 sebesar Rp1,17 triliun. "Pertumbuhan aset Phapros pada 2018 terjadi karena adanya aksi korporasi berupa akuisisi PT Lucas Djaja dan anak perusahaannya di Bandung," katanya.
Dirinya juga menambahkan, dengan akuisisi tersebut, perseroan memprediksi pertumbuhan pendapatan bisa meningkat hingga 30% dibandingkan dengan pertumbuhan perusahaan tahun lalu yang hanya sebesar 5,62%.
Disampaikan Sri Utami, dampak dari akuisisi tersebut bakal meningkatkan kapasitas produksi, mendiversifikasi jenis produk perusahaan, efisiensi investasi dan menambah pasar ekspor ke Afghanistan yang saat ini belum dimiliki perusahaan.